Hal ini diperparah belum adanya kurikulum muatan lokal, termasuk di dalamnya mengajarkan tradisi berpantun di kalangan pelajar.
Dalam buku ini juga Iwan menggunakan Bahasa Melayu Bengkulu dan membagi pantun dalam 5 jenis: Pantun Bejonggi (Jenaka), Muda Mudi, Petuah, Teka-Teki dan Anak-anak.
“Berharap buku ini dapat membangkitkan kembali tradisi berpantun dan menulis pantun di kalangan masyarakat Bengkulu,” ungkap Iwan.
BACA JUGA:Jokowi: Indonesia Harus Maksimalkan Potensi Industri Halal Global
BACA JUGA:DISUKA Memiliki Komitmen dan Siap Lestarikan Adat Budaya di Kota Bengkulu
Sementara itu Pamong Budaya Ahli Pertama, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah VII, Muhammad Hatta mengatakan kegiatan ini merupakan sinergitas antara BPK Wilayah VII dan M. Ichwan Anwar dalam meningkatan pelestarian kebudayaan.
“Melalui kepala kita Bapak Nurmatias memberikan bantuan untuk komunitas budaya ataupun per orangan seperti hari ini (kemarin, red) dengan Ichwan dalam rangakain peluncuran bukunya,” tutur Hatta.
Buku ini sendiri yang memuat 500 pantun yang berbahasa Melayu Bengkulu juga merupakan tradisi lisan dan kebudayaan, yang sangat ia dukung karena merupakan upaya dalam melestarikan budaya yang ada di Bengkulu khususnya dan menjadi bagian dari tugas pokok dan fungsi BPK dalam objek pemajuan kebudayaan.