Tertinggi, Korban Keracunan MBG di Lebong 539 Orang, POM : Rasa Menu “Aneh”
Kapolda Bengkulu, Irjen. Pol. Mardiyono saat mengecek kondisi dapur MBG Lebong. --aris/rb
Lebih lanjut disampaikannya, dalam penyajian MBG itu ada beberapa langkah penting yang harus dijalankan. Pertama, menyortir bahan makanan yang diterima apakah dalam keadaan higienis dan layak konsumsi atau tidak.
Kedua, bahan makanan dibersihkan dan disimpan di tempat yang steril sebagaimana yang telah ditentukan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Ketiga, proses racik atau cara memasaknya juga harus profesional, bahkan juru masaknya wajib mengenakan masker.
BACA JUGA:Anggota hingga Pejabat di Setwan Bengkulu Tengah Sudah Diperiksa
BACA JUGA:Bengkulu Sering Kehabisan Stok Dexlite
“Terakhir untuk penyajian, makanan yang sudah dimasak tidak boleh terlalu lama disimpan, harus segera dibagikan dan wadahnya juga harus steril,” jelas Kapolda.
Terpisah, Kapolres Lebong, AKBP. Agoeng Ramadhani, SH, S.IK memastikan masih melakukan pemeriksaan intensif terhadap sejumlah saksi yang salah satunya Martin selaku ketua dapur MBG. Untuk hasilnya belum bisa disampaikan karena masih menunggu keterangan tambahan dari saksi lainnya.
Termasuk menunggu hasil uji laboratorium BPOM Bengkulu untuk memastikan penyebab keracunan. Artinya Polres Lebong sendiri belum bisa menyimpulkan penyebab kasus keracunan pelajar yang menyantap menu MBG, Rabu, 27 Agustus 2025 itu.
“Kalau keterangan dari semua saksi sudah kami kumpulkan, termasuk hasil laboratorium, segera kami simpulkan dan lakukan jumpa pers terkait penanganan kasus ini,” ungkap Agoeng.
BACA JUGA: Maksimal Pengajuan Dana Koperasi Rp3 Miliar
BACA JUGA:Ditutup Sementara, 29 Agustus 2025 Tak Ada Layanan Call Center Bank Bengkulu
Dikonfirmasi, Direktur RSUD Lebong, dr. Eni Efriyani menyampaikan bahwa seluruh biaya pengobatan para korban akan ditanggung pemerintah. Dipastikannya, tidak akan ada pungutan serupiah pun.
Berdasarkan data yang tercatat di RSUD, dari 539 korban itu 529 berstatus anak. Yaitu 48 pelajar Taman Kanak-Kanak (TK), 350 pelajar Sekolah Dasar (SD) dan 131 pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Sedangkan 10 lainnya berstatus dewasa, yakni 8 guru SD dan 2 guru TK. Para korban masih menjalani perawatan intensif di RSUD Lebong, hanya 63 orang yang sudah dibolehkan pulang menjalani rawat jalan.