
BENGKULU, KORANRB.ID – Terkait ambruknya bangunan objek wisata Kota Tuo bernilai miliaran rupiah, Polresta Bengkulu diketahui telah melakukan penyelidikan pada tahap pengumpulan data dan bukti-bukti, terhadap dampak dan akibat ambruknya bangunan tersebut. Kabag Ops Polresta Bengkulu, Kompol Jufri saat diwawancarai mengatakan Polresta Bengkulu melakukan pendalaman terkait kerugian keuangan negara pascaambruknya bangunan Kota Tuo tersebut.
“Kita melakukan penyelidikan terhadap ambruknya objek wisata Kota Tuo tersebut, untuk mengetahui dampak dan akibatnya,” sampai Jufri.
Beberapa pihak diketahui sudah dilakukan pemeriksaan oleh Polresta Bengkulu terkait ambruknya bangunan Kota Tuo tersebut. Sementara untuk dugaan adanya kerugian keuangan negara masih didalami oleh kepolisian.
“Masih dilakukan pendalaman, apakah ada faktor kelalaian (pembangunan, red) atau lainnya, nanti akan kita sampaikan,” kata Jufri.
BACA JUGA: Bersyukur, Destita Ucapkan Terima Kasih kepada Masyarakat
Jufri mengimbau agar objek wisata Kota Tuo yang telah ambruk itu agar tidak difungsikan dahulu, hal tersebut untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan kepada pengunjung yang biasa berwisata dilokasi tersebut.
“Yang biasa digunakan untuk rekreasi dan tempat hiburan oleh warga, kami imbau untuk tidak digunakan dulu, jangan sampai terdapat korban disana,” demikian Jufri.
Sementara itu dari penulusuran RB di website LPSE Kota Bengkulu, dalam APBD 2021 Pemkot menganggarkan Rp 6,5 miliar untuk pembangunan kawasan wisata Kota Tuo. Kemudian informasinya ada kucuran dana juga dari Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW).
Ketua Umum Pusat Kajian Anti Korupsi (Puskaki) Bengkulu, Melyan Sori mengatakan peristiwa ambruknya bangunan wisata Kota Tuo yang belum lama diresmikan itu, tentu sangat miris. Menimbang dana yang digelontorkan untuk membuat bangunan tersebut menghabisakan miliaran rupiah.
“Miliaran rupiah untuk bangunan itu, dari uang rakyat, dari pengumpulan pajak-pajak dan sebagainya,” sebut Melyan.
Menurut Melyan, aparat penegah hukum (APH) sudah layak melakukan penyidikan untuk mengetahui spesifikasi serta kualitas bangunan tersebut. “Karena negara sudah rugi, dari anggaran yang miliaran digelontorkan untuk bangunan itu, tidak bertahan lama. Sebaiknya diusut,” jelas Melyan.
Meskipun alasan mendasarnya bangunan ambruk lantaran disebabkan juga dari arus sungai, hal tersebut bisa dibantah kata Melyan. Berkaca pada bangunan lain yang ada di PDAM Kelurahan Surabaya, yang bangunan peninggalan zaman dahulu, hingga saat ini masih berdiri kokoh. “Maka dari itu patut sekali dipertanyakan, bagaimana kualitas serta spesifikasi bangunan tersebut,” terang Melyan.
Ia juga memberikan catatan bagi Pemerintah Kota Bengkulu, bahwa masih banyak contoh bangunan yang tidak bertahan lama di seputaran kota. “Dan masih banyak bangunan lain, seperti lampu-lampu jalan di trotoar depan kampus Universitas Dehasen, itu juga tidak lama,” demikian Melyan. (jam)