Kemenparekraf Dorong Pemimpin Muda Lewat Inkubasi Fesyen Jabodetabek
EKONOMI: Kemenparekraf menggelar Bootcamp 1 Program Inkubasi Fesyen Jabodetabek di Hotel The 1O1 Suryakencana. IST/RB--
Rangkaian pelatihan dibimbing para mentor ahli. Hari pertama difokuskan pada pemahaman DNA dan storytelling produk, hari kedua pada proses penciptaan desain dan siluet, hari ketiga pada penyelesaian produk serta materi keuangan, dan hari keempat ditutup dengan strategi branding serta optimalisasi media digital.
Salah satu mentor, Amanda Prihutomo, dosen fesyen di Binus University SOCCA, mengapresiasi inisiatif Kemenparekraf menghadirkan pelatihan yang memberi ruang bagi pelaku kreatif untuk belajar langsung membangun bisnis fesyen berkelanjutan.
BACA JUGA:Polemik Usulan Ganti Ketua DPRD Provinsi Bengkulu, DPP Golkar Panggil Sumardi
BACA JUGA:Sabet 11 Medali Emas, 9 Perak dan 3 Perunggu, Atlet Silat Kaur Juara III Umum Kejurda Kemenpora RI
“Senang sekali bisa berbagi ilmu dengan para pelaku UMKM fesyen, tidak hanya tentang desain tetapi juga bagaimana membangun bisnisnya. Program seperti ini mendorong mereka tetap antusias mengembangkan desain dan usahanya hingga siap mengekspor produk,” ujar Amanda.
Suasana ruang pelatihan tampak produktif. Para peserta menciptakan desain baru dengan menggunting kain, menggambar pola, hingga merajut bahan untuk menyelesaikan produk mereka.
Salah satu peserta, Eti Yuniarti, pemilik PT Schon Craft, tampak tekun merajut sepatu dan tas handmade. Produk rajutannya telah memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan dipasarkan ke Jepang, Belanda, serta Jerman.
“Melalui program ini, kami tidak hanya belajar teori tapi juga praktik langsung. Harapannya, pendampingan dari Kementerian bisa terus berlanjut agar kami semakin siap memperluas pasar,” kata Eti.
Selain pelatihan, Kemenparekraf juga membuka peluang kolaborasi global. Wamenparekraf Irene Umar menerima audiensi The Pokémon Company di Kantor Kemenparekraf, Jakarta, Jumat (31/10).
Pertemuan itu membahas potensi kolaborasi antara dunia Pokémon dengan kekayaan budaya Indonesia melalui game, animasi, dan merchandise tematik.
“Potensi kolaborasi antara Pokémon dan industri kreatif tradisional merupakan sesuatu yang unik, karena menggabungkan hal yang modern dan sangat tradisional,” ujar Irene.
Ia menilai kerja sama ini dapat membuka peluang baru bagi subsektor kreatif seperti desain karakter dan permainan interaktif.
“Jika memungkinkan, industri kreatif lokal yang modern bisa hadir dalam festival tersebut. Langkah ini bukan hanya ajang hiburan, tetapi juga diplomasi budaya yang menampilkan karakter dan warisan lokal Indonesia ke kancah global,” tambahnya.
Sebagai informasi, Pokémon pertama kali dirilis pada 1996 melalui permainan Pocket Monsters: Red dan Green di konsol Game Boy.
Kini waralaba tersebut berkembang ke berbagai sektor kreatif seperti film, animasi, board game, dan merchandise, menjadikannya salah satu IP paling berpengaruh di dunia.