Surplus Perdagangan Indonesia Oktober 2025 Tembus USD 2,39 Miliar
PERDAGANGAN: Surplus perdagangan melanjutkan tren positif selama 66 bulan sejak Mei 2020 dan menopang surplus kumulatif Januari–Oktober 2025. IST/RB--
Tiga komoditas nonmigas dengan pertumbuhan tertinggi adalah aluminium dan produk turunannya yang naik 68,45 persen, kakao dan olahannya naik 53,15 persen, serta berbagai produk kimia naik 51,78 persen.
Ekspor industri pengolahan mendominasi dengan kontribusi 80,25 persen, disusul pertambangan dan lainnya 12,59 persen, migas 4,67 persen, serta pertanian 2,49 persen. Ekspor pertanian naik paling tinggi, yakni 28,56 persen.
Ekspor industri pengolahan juga naik 15,75 persen, sementara pertambangan dan migas turun masing-masing 24,43 persen dan 16,11 persen.
BACA JUGA:Kekayaan Tradisi yang Tak Ternilai! Berikut 3 Warisan Budaya Tak Benda Sumatera Selatan
BACA JUGA:Bupati Beri Sinyal Mutasi Awal 2026, Kepala OPD “Kebanyakan Tidur” Akan Diganti
“Penurunan ekspor sektor pertambangan dan lainnya disebabkan oleh melemahnya permintaan dan harga batu bara global,” ujar Mendag Busan.
Tiongkok, Amerika Serikat, dan India masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas dengan nilai kombinasinya mencapai USD 93,33 miliar atau 41,84 persen dari total ekspor nonmigas.
Negara dengan kenaikan ekspor tertinggi adalah Swiss yang naik 217,99 persen, Bangladesh 38,09 persen, dan Singapura 32,91 persen. Berdasarkan kawasan, Afrika Barat mencatat pertumbuhan tertinggi 71,06 persen, diikuti Asia Tengah 54,95 persen, dan Eropa Barat 45,87 persen.
Impor Barang Modal Meningkat
Impor Indonesia pada Oktober 2025 mencapai USD 21,84 miliar, naik 7,42 persen secara bulanan. Nilai ini terdiri atas impor nonmigas USD 19,03 miliar dan migas USD 2,81 miliar.
Secara kumulatif, impor Januari–Oktober 2025 mencapai USD 198,16 miliar atau tumbuh 2,19 persen. Kenaikan ini ditopang naiknya impor nonmigas 4,95 persen, meski impor migas turun 12,67 persen.
Struktur impor masih didominasi bahan baku atau penolong dengan pangsa 70,45 persen, disusul barang modal 20,46 persen dan barang konsumsi 9,09 persen. Barang modal naik signifikan 18,67 persen.
“Kenaikan impor barang modal di antaranya disebabkan kenaikan impor central processing unit (CPU); ponsel pintar; mobil listrik; mesin penyortir, pengayak, pemisah atau pencuci; dan base station,” ujar Mendag Busan.
Impor bahan baku yang turun paling dalam meliputi bahan bakar minyak, gula rafinasi, kacang kedelai, bungkil kedelai, dan polipropilena.
Sementara impor barang konsumsi yang turun antara lain air conditioner, bawang putih, mobil listrik completely knocked down, krimer nabati, dan buah apel.