Pertumbuhan Ekonomi Q3 di Bawah 5 Persen

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti--

KORANRB.ID – Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III (Q3) 2023 melambat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 4,94 persen. Capaian itu melambat jika dibandingkan pada Q2 yang sebesar 5,17 persen.

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyatakan, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, capaian itu juga melambat. Pada kuartal III 2022, ekonomi RI tumbuh 5,73 persen.

Menurut dia, hal tersebut tetap patut diapresiasi. ’’Dengan capaian ini, ekonomi Indonesia tetap terjaga solid dan tumbuh positif,’’ ujarnya pada konferensi pers Senin (6/11).

Amalia menjelaskan, pendorong utama pertumbuhan adalah konsumsi rumah tangga. Namun, pada Q3 2023, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 2,63 persen YoY, melambat kalau dibandingkan pada Q2 yang naik 5,51 persen. ’’Konsumsi rumah tangga telah mencapai puncaknya pada kuartal II,’’ katanya.

BACA JUGA:Asusila “Papa” saat Jam Belajar di Sekolah, Janjikan Nilai, Beri Kuota Internet, Serta Penuhi Kebutuhan

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan, tekanan pertumbuhan ekonomi datang dari kelompok menengah bawah yang sedang menghadapi kenaikan harga beras. Selain itu, persaingan kerja semakin ketat dan suku bunga terkerek.

Kelompok atas memilih untuk menahan belanja pada tahun pemilu dan mempertimbangkan risiko geopolitik. ’’Simpanan di atas Rp 5 miliar naik dan makin gemuk itu pertanda banyak saving daripada belanja,’’ ungkapnya.

Bhima menilai, tren pelambatan ekonomi masih mungkin terjadi pada kuartal IV 2023. Tumbuh di kisaran 4,8–4,97 persen. Meski terdapat momen libur panjang, Natal, dan tahun baru, konsumsi tidak bakal terlalu terdongkrak. ’’Dari sentimen global, investasi jelas akan terdampak konflik Israel dan Palestina ditambah masih perkasanya dolar Amerika Serikat (USD),’’ jelasnya.

BACA JUGA:ASN Kota Ditunjuk Jadi Komandan Upacara HUT Provinsi Bengkulu, Camat Singgaran Pati, Alex Periansyah

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi yang tidak sampai 5 persen itu dipicu konsumsi yang lebih rendah daripada ekspektasi pemerintah. Beberapa faktor pemicu adalah El Nino hingga kenaikan harga beras. ’’ Kita lihat consumer confidence tinggi. Namun, translation-nya pada consumption tidak setinggi yang kita harapkan,’’ jelasnya.

Sejalan dengan itu, konsumsi pemerintah tercatat negatif. Belanja pemerintah umumnya baru terealisasi pada kuartal IV. ’’Beberapa belanja ini baru terealisasi pada Q4. Saya kemarin sudah hitung dari postur sampai Desember, melihat alokasi belanja masih ada tiga bulan terakhir itu. Belanja di APBN itu masih Rp 1.078 triliun,’’ bebernya.(dee/han/bil/c14/dio)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan