Alihkan Prioritas Sektor Infrastruktur ke Teknologi

Ketua Asistensi Menko Perekonomian, Raden Pardede.-foto: ekon.go.id/koranrb.id-

Mungkin penyesuaian itu butuh waktu 10 tahun.

”Karena ini mengubah mindset. Kalau bisa bekerja lambat, kenapa harus cepat? Ini harus bisa berubah, sederhana, dan pasti,” bebernya.

Kedua, harus mengalihkan prioritas sektor yang potensial mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.

Infrastruktur boleh tetap, tetapi juga harus shifting.

BACA JUGA:Sering Dianggap Sepele, Hindari 6 Bahaya Bangun Tidur Kesiangan

Menurut dia, pemerintah sudah harus mulai masuk ke sektor teknologi.

Dengan kecanggihan teknologi terkini, investasi bisa masuk, permesinan lebih canggih, dan sumber daya manusia yang scale up.

”Melalui teknologi juga akan merevitalisasi industri-industri tanah air yang sedang tertidur. Kombinasi dari semua itu akan membuat produktivitas pekerja naik. Jika produktivitas naik, gajinya akan naik. Itulah sebetulnya yang ingin kita tuju ke depan,” bebernya.

Yang ketiga, memperbesar aliran dana investasi yang masuk ke Indonesia.

Namun, upaya itu juga diiringi dengan efisiensi penggunaannya.

BACA JUGA:Agar Tidak Salah Beli, Kenali Beragam Jenis Pempek Makanan Khas Palembang

Mengurangi hal yang tidak perlu.

Chief Economist and Managing Director DBS Group Research Taimur Baig mengapresiasi ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi tantangan global.

Pertumbuhan yang stabil memberikan ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk tetap teguh dalam mengelola stabilitas harga dan rupiah.

”Setelah kenaikan suku bunga pada April, walaupun kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut masih ada, beberapa langkah yang dapat diambil mencakup intervensi yang disterilkan, pembelian obligasi, menarik arus masuk melalui surat utang berjangka waktu kurang dari setahun, dan meminta perusahaan BUMN untuk mengoptimalkan/menghentikan pembelian dolar dalam jumlah besar,” terangnya.(**)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan