Optimis Kemampuan Fundamental Perekonomian Nasional Hadapi Berbagai Downside Risks Global

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.-foto: dok/koranrb.id-

Ia menambahkan tentu ke depan dengan nilai Dolar AS yang menguat ini ada kesempatan untuk meningkatkan daya saing barang ekspor.

Sebab, ekspor yang berbahan baku rupiah itu mempunyai daya saing lebih tinggi.

“Jadi tentu kita harus menggenjot hal seperti itu,” ucapnya.

Sementara itu, daya saing Indonesia berdasarkan laporan IMD World Competitiveness tahun 2024 berada pada peringkat 27 dari 67 negara yang dinilai dan mengalami kenaikan signifikan dari peringkat 34 pada tahun 2023.

Kenaikan peringkat daya saing tersebut juga dipengaruhi oleh kebijakan pada ekonomi domestik melalui implementasi Undang-Undang Cipta Kerja.

BACA JUGA: Untung Rugi Tv Langganan Vs Chanel Standar, Ini Kelebihan dan Kekurangannya

BACA JUGA:Ganas! Berikut 7 Hewan Predator Panda di Alam Liar

“Demikian pula di sektor market, semisal labor market kita nomor 2 dari 67 negara, dianggap salah satu yang terbaik. Tentu hal itu akibat adanya bonus demografi, dan juga dengan Undang-Undang Cipta Kerja itu mempermudah rekrutmen, serta menyelesaikan perselisihan perburuhan, dan juga dianggap produktivitas kita lebih tinggi,” jelas Airlangga.

Pada sektor eksternal, neraca perdagangan terus mengalami surplus 49 berturut-turut.

Sementara itu, defisit transaksi berjalan dan capital outflow pada investasi portofolio berpotensi meningkat, sebagai dampak dari tekanan ekonomi global terutama kebijakan AS “higher for longer”.

“Tadi juga ada arahan Bapak Presiden bahwa kredit restrukturisasi akibat Covid-19 yang seharusnya jatuh tempo pada Maret 2024 ini diusulkan ke OJK, nanti melalui KSSK dan Gubernur BI, untuk dimundurkan sampai 2025. Karena ini akan mengurangi perbankan mencadangkan kerugian akibat kredit KUR,” beber Airlangga.

Kemudian, untuk menjaga nilai tukar Rupiah supaya tidak semakin terdepresiasi, akan diterbitkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) yang nantinya akan disinkronkan dengan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dari Kementerian Keuangan.

“Dari segi fundamental ekonomi jika Indonesia dibandingkan negara lain masih relatif baik dalam bentuk kebijakan suku bunga Bank Sentral kita masih di 6,25, inflasi 2,84%, defisit neraca transaksi berjalan yakni 0,64% dari PDB, yang mana ini jauh lebih bagus daripada beberapa negara termasuk Malaysia dan Brasil,” urainya.(rilis)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan