Dorong Optimalisasi Program PSR, Tahun Ini Target DTPHP Bengkulu 6.400 Hektare
PROGRAM PSR: Pemerintan Provinsi (Pemprov) Bengkulu dorong optimalisasi program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). ABDI/RB--
KORANRB.ID - Pemerintan Provinsi (Pemprov) Bengkulu dorong optimalisasi program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) atau yang sering dikenal dengan replanting sawit.
Hal tersebut, merupakan upaya agar produktivitas sawit masyarakat, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani sawit dan berdampak positif terhadap peningkatan ekonomi daerah.
''Di tahun ini kita pada angka 6.400 hektar lebih targetnya untuk PSR yang tersebar diseluruh wilayah Provinsi Bengkulu,'' kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura Perkebunan (DTPHP) Provinsi Bengkulu, M. Rizon, Kamis, 4 Juli 2024.
M. Rizon menerangkan, bahwa realisasi PSR akan menyasar perkebunan sawit masyarakat yang sudah layak untuk dilakukan peremajaan.
BACA JUGA:Epson Selalu Konsisten Dukung Upaya Pemerintah RI Kampanyekan Penggunaan Produk Dalam Negeri
BACA JUGA:Berdayakan IKM Tenun dan Olahan Kelapa, Kemenperin Gelar Pelatihan
''Untuk realisasi kita saat ini memang masih kecil, kalau kita persentase kan hampir 20 persen. Ini akan terus kita dorong,'' ujar M. Rizon.
Sementara itu, Gubernur Bengkulu, Prof. Dr. H Rohidin Mersyah MMA turt menyoroti terkait dengan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
Ia menyampaikan, apabila penerapan replanting sawit bagi perkebunan sawit rakyat belum optimal.
Hal tersebut, bisa jadi kurangnya dorongan dari pelaku usaha perkebunan kelapa sawit untuk membantu mengoptimalkan program ini.
BACA JUGA:Dorong Dimensi Pembangunan Bagi Negara Berkembang Untuk Pertumbuhan Berkelanjutan
BACA JUGA:Harga Cabai di Mukomuko Turun, Stok Cabai Masih Mengandalkan Pasokan dari Daerah Lain
''Padahal sumber dana program ini dari perusahaan kebun sawit dan sayang jika lahan perkebunan kita tidak produktif,'' ungkap Rohidin.
Rohidin mengatakan, bahwa pendanaan program PSR tersebut, akan lebih optimal jika disalurkan dengan sistem kredit perbankan langsung ke daerah tanpa melalui mekanisme panjang yang menyulitkan petani.