Tingkatkan Daya Saing Industri Pengolahan Rotan Dorong Optimalisasi Rantai Pasok
ROTAN: Serah terima bantuan permesinan pengolah rotan dalam rangka meningkatkan kapasitas UPT Rotan Hampangen sebagai penyedia bahan baku rotan siap pakai untuk industri furnitur dan kerajinan.-foto: biro humas kemenperin/koranrb.id-
Putu juga menyampaikan bahwa perbaikan rantai pasok industri furnitur yang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian melibatkan beberapa tahap, yaitu kondisi pola rantai pasok bahan baku industri eksisting, analisis kelebihan dan kelemahan pola rantai pasok bahan baku industri furnitur eksisting, perbaikan terhadap pola pasok bahan baku industri furnitur, serta terwujudnya pola rantai pasok bahan baku industri furnitur yang ideal dengan biaya minimal, waktu produksi yang singkat, dan kualitas bahan baku yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Perbaikan rantai pasok bahan baku industri furnitur, khususnya rotan dilakukan dengan memperhatikan empat aspek, yaitu aspek pemasok, aspek konsumen, jaringan distribusi, serta aspek proses produksi.
Perbaikan dari aspek pemasok dilakukan dengan melakukan pemetaan pemasok bahan baku dan pembuatan platform untuk informasi ketersediaan rotan setengah jadi siap pakai, termasuk jenis, jumlah, kualitas, dan harga, termasuk penyiapan rotan yang memiliki sertifikasi keberlanjutan dan kebertelusuran baik untuk komoditi rotan maupun pengrajinnya.
Untuk aspek konsumen, perbaikan dilakukan dengan memetakan offtaker dan konsumen rotan setengah jadi, serta membangun pusat logistik rotan berskala besar di kawasan sentra industri rotan.
BACA JUGA:Ternyata Ini Resep Umur Panjang Orang Jepang yang Bisa Menjadi Panutan
Hal ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan waktu lama untuk mendapatkan bahan baku dan harus mencarinya sendiri ke pelaku pemungut dan pedagang rotan di hulu.
Perbaikan aspek jaringan distribusi dilakukan melalui perbaikan manajemen distribusi terpusat di pusat logistik rotan dan menciptakan pola distribusi yang efisien dengan membuat sistem platform tracking untuk kontrol alur distribusi secara real-time.
“Saat ini, terlalu banyak pedagang perantara yang mengendalikan distribusi dan harga, yang dapat merugikan pencari rotan di hulu,” jelas Putu.
Sedangkan perbaikan pada aspek proses produksi dilakukan melalui penyediaan rotan setengah jadi berkualitas sesuai kebutuhan yang dikoordinasikan oleh pusat logistik bahan baku industri furnitur.
Selain itu, perlu dukungan berupa bantuan permesinan untuk pusat logistik dan industri.
Selain itu, untuk aspek kualitas produk, perlu memastikan bahan baku memenuhi standar dan adanya bagian Quality Control (QC) yang berpedoman pada dokumen Grading Rule Rotan.
Pengembangan Pusat Logistik rotan merupakan replikasi pengembangan Pusat Logistik kayu yang telah lebih dahulu diinisiasi di Kawasan Industri Kalijambe, Sragen dalam rangka menjamin ketersediaan bahan baku kayu untuk industri furnitur di wilayah Solo Raya.
“Di saat yang bersamaan, juga tengah dilakukan penjajakan pengembangan pusat logistik bahan baku kayu di wilayah industri furnitur Jepara,” pungkas Putu.(rls)