Pertumbuhan Investor Dapat Perkuat Daya Tahan Pasar Modal

EMITEN: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menghadiri cara peringatan HUT ke-36 Asosiasi Emiten Indonesia (AEI).-foto: ekon.go.id/koranrb.id-

KORANRB.ID - Pertumbuhan investor yang konsisten disertai dengan peningkatan literasi keuangan masyarakat diharapkan dapat memperkuat daya tahan pasar modal di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan indikator positif kinerja pasar modal Indonesia di tengah ketidakpastian global yakni IHSG mampu menorehkan return sebesar 1,67% (ytd) dibandingkan sejumlah negara lain seperti Vietnam (-1,32% ytd) dan Korea Selatan (-6,52% ytd).

Sampai minggu pertama Desember 2024, tercatat 40 perusahaan emiten yang telah mencatatkan saham baru (Initial Public Offering/IPO) di bursa efek, dan itu berhasil menghimpun dana sekitar Rp10,2 triliun. Jumlah investor retail di pasar modal juga terus meningkat yakni per 30 November 2024 tercatat 14,6 juta atau bertumbuh 19,67% dari tahun sebelumnya.

“Untuk itu, saya ingin mengapresiasi kinerja PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berhasil menempati peringkat ke-7 secara global dalam jumlah IPO hingga Kuartal III-2024 dan peringkat pertama di antara bursa ASEAN sejak 2018,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dalam acara peringatan HUT ke-36 Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) yang mengambil tema “Sinergi Emiten dalam Membangun Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan” dilansir dari laman ekon.go.id.

Emiten berperan strategis untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan Presiden RI Prabowo Subianto. Emiten diharapkan dapat mendorong inovasi, menciptakan lapangan kerja, dan menarik investasi.

BACA JUGA:Lelang Dini Infrastruktur Fisik TA 2025 Provinsi Bengkulu, Tejo: Langkah Strategis

BACA JUGA:Pembangunan Tahap II Terminal Tipe A Air Sebakul Segera Rampung

Menurut Airlangga yang juga merupakan Ketua Dewan Penasihat AEI, ada beberapa langkah strategis yang perlu dikolaborasikan bersama, yaitu pertama mendorong implementasi prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) untuk meningkatkan daya saing global.

“Prinsip ESG menjadi tren dan kewajiban (untuk dilaksanakan) secara global, karena semakin green dan sustainable, maka market akan menilai makin premium terhadap ESG. Itu ada konsekuensi dalam laporan tahunan ada paparan terkait kegiatan ESG,” tuturnya.

Kedua, mengembangkan berbagai alternatif pembiayaan untuk mendukung infrastruktur hijau dan transisi energi seperti green bond, SDG bond, dan blue bond. Alternatif pembiayaan lainnya meliputi Public-Private Partnership (PPP), Land Value Capture (LVC), dan Limited Concession Scheme (LCS), yang akan mempercepat pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Ketiga, menginisiasi platform digital keanggotaan sebagai bagian roadmap digitalisasi. Teknologi menjadi enabler penting untuk efisiensi, transparansi, dan peningkatan daya saing emiten. 

BACA JUGA:Soal Penagihan TGR Dewan, Ini Kata Inspektur Kaur, Jaksa Siap Naikkan ke Proses Hukum

BACA JUGA:Pastikan Ketersediaan dan Kestabilan Harga Pangan Jelang Nataru

Para emiten memiliki peran penting dalam mengadopsi teknologi digital untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah perusahaan.

“Dengan pengembangan digital, kuncinya adalah data center. Data center ini sekarang akan lebih membutuhkan energi, area, dan cooling system yang lebih besar, dan negara mana yang bisa bersaing? Salah satunya Indonesia. Kita punya land, air, dan opsi terhadap renewable energy. Oleh karena itu, negara kita yang sedang diperhatikan oleh berbagai negara,” jelas Airlangga.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan