Laporan Khusus: Rugi Besar Pelabuhan Pulau Baai Dangkal

Permasalahan sedimentasi alur Pelabuhan Pulau Baai yang belum diselesaikan membuat aktivitas terhenti.--reno/rb
BACA JUGA:Kejari Kaur Beri Ketegasan Ini Bagi Dewan Tak Kunjung Penuhi Panggilan
BACA JUGA:154 Calon PPPK Terindikasi Honorer Siluman, Kelulusan Terancam Dibatalkan
Untuk itu, penyelesaian masalah tersebut bukan hanya sekadar pengerukan saja, namun revitalisasi Pelabuhan Pulau Baai secara keseluruhan. Sebab jika melakukan pengerukan tanpa memperbaiki tanggul tentunya pasir akan terus kembali masuk kedalam kolam alur.
Kemudian, kapal tongkat yang bermuatan agar bisa melalui alur tersebut memilik draf sebesar 4,5 meter, untuk itu pengerukan alur tidak hanya bisa dilakukan dengan keadaan darurat saja seperti menargetkan kedalaman 3 meter.
Atas apa yang dialami sejumlah pengusaha pemanfaat Pelabuhan Pulau Baai tersebut, menjadi sorotan dari Pengamat Ekonomi Universitas Dehasen (UNIVED), Dr. Anzori Tawakal, M.Si. Ia mengukapkan bahwa pelabuhan merupakan pintu gerbang perekonomian suatu daerah, catat dan lumpuhnya suatu pelabuhan secara otomatis melupuhkan dan membuat cacat perekonomian daerah tersebut.
“Pintu gerbang ekonomi suatu daerah ialah pelabuhan, jika pelabuhan kita cacat maka ekonomi juga demikian,” terangnya.
Ia menyebutkan pilihan pelaku usaha yang mengirimkan produk keluar daerah tentunya membuat daerah merugi, sebab jika dikirim melalui Pelabuhan Pulau Baai maka keuntungan akan kembali ke Bengkulu.
Sebaliknya jika dikirim keluar daerah, maka yang akan menikmati hasilnya tentunya daerah lain bukan Provinsi Bengkulu. “Istilahnya begini, Sapi punya susu, kerbau yang punya nama, sederhananya begitu, yang selama ini menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi jadi tidak dapat maksimal,” bebernya.
Sementara itu dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu membuktikan bahwa aktivitas ekpor Provinsi Bengkulu kian menurun sejalan dengan pendangkalan yang terjadi.
disampaikan Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Ir. Win Rizal, ME. Menurutnya, penurunan tersebut dapat dilihat pada capaian nilai ekspor pada Maret 2025 nilai ekspor Provinsi Bengkulu mencapai US9,16 juta. Sedangkan pada Februari 2025 capaiannya US14,15 juta.
“Dari capaian nilai ekspor Provinsi Bengkulu terjadi penurunan sebesar 35,25 persen. Kalau Maret 2025 dibandingkan dengan Maret 2024, lebih jauh lagi turunnya,
Win menyampaikan, turunnya nilai ekspor Provinsi Bengkulu, tentunya tidak lepas dari turunnya komoditas ekspor seperti komoditas batu bara.
Sementara itu, kondisi pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai tersebut tidak dibiarkan begitu saja oleh Pemprov Bengkulu.
Dalam hal ini Guberunur Bengkulu, H. Helmi Hasan SE menerangkan bahwa telah melakukan berbagai upaya seperti menyurati PT Pelindo, berkondirnasi di tingkat kementerian hingga saat ini menunggu tibanya 2 kapal pengeruk dengan ukuran yang superbesar yang di harapkan dapat memaksimalkan pengerjaan revitalisasi Pelabuhan Pulau Baai.
“Insyallah kita doakan segera sampai, yang jelas kita berikan dukungan kepada Pelindo yang dipercaya untuk menuntaskan permasalahan pendangkalan,” terangnnya.