Baca Koran Harian Rakyat Bengkulu - Pilihan Utama

Kampus Bambu Turetogo, Simbol Ketahanan Ekonomi Lokal

TINJAU: Wamen Ekraf meninjau kampus bambu di Ngada, NTT. --

NTT - Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf) Irene Umar meninjau Kampus Bambu Turetogo di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk melihat implementasi ekonomi restoratif berbasis bambu secara langsung. Tinjauan itu sebagai tindak lanjut kegiatan Kampus Bambu Komodo di Labuan Bajo pada 28 Oktober 2025.

“Negara kita agraris. Bambu, dengan daya serap air yang luar biasa, membantu menjaga irigasi lahan pertanian tetap optimal. Ini bukan sekadar manfaat finansial, tapi juga bagian dari menjaga keberlanjutan planet karena kita hanya punya satu rumah,” ujar Wamen Ekraf Irene pada Kamis, 30 Oktober 2025.

Kampus Bambu Turetogo, yang dibangun oleh Yayasan Bambu Lestari (YBL), menjadi pusat inovasi dan pelatihan bambu yang memberdayakan masyarakat lokal, termasuk sebagian perempuan yang menjadi pelaku utama pengolahan bambu, sekaligus mendukung pelestarian lingkungan secara berkelanjutan. Wamen Ekraf Irene juga langsung meninjau fasilitas pengolahan bambu di kawasan tersebut.

“Di sini kita bisa melihat bagaimana bambu bukan sekadar bahan bangunan, tapi simbol kemandirian dan ketahanan ekonomi lokal. Tanaman ini tumbuh dengan kokoh dan menjadi bagian nyata dari ekonomi restoratif,” jelas Wamen Ekraf Irene.

BACA JUGA:Temukan Dugaan Korupsi, Kasus “Sunat” Anggaran Puskesmas di Bengkulu Utara Naik Penyidikan

BACA JUGA:Bengkulu Siap Wujudkan Swasembada Pangan, Maksimalkan 5 Program Strategis Kementan

Kegiatan di Kampus Bambu Turetogo ini mencerminkan komitmen Kementerian Ekraf dalam memperkuat ekosistem ekonomi restoratif di daerah melalui pendekatan hexahelix yang melibatkan pemerintah, akademisi, komunitas, pelaku usaha, media, dan masyarakat. Potensi bambu dapat menjadi the new engine of growth, mendorong kreativitas, peningkatan kemampuan lokal, serta menghadirkan dampak ekonomi jangka panjang bagi masyarakat setempat.

“Saya senang melihat kesadaran dan semangat gotong royong di semua lini. Semua pihak ingin berbuat, hanya perlu ruang bersama untuk saling mendengar dan bergerak bersama. Inilah semangat ekonomi restoratif yang ingin kita wujudkan,” tutup Wamen Ekraf Irene.

Kegiatan ini menjadi wujud nyata kontribusi Kementerian Ekraf dalam memperkuat ekosistem kreatif nasional, sekaligus mendorong inovasi, pengembangan kapasitas daerah, dan pemanfaatan potensi lokal secara berkelanjutan. 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan