Pertamina Gandeng Perusahaan Asal Korsel

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati-IST/RB-

KORANRB.ID – PT Pertamina (Persero) menjajaki kerja sama pengembangan Rig-to-CCS dengan perusahaan asal Korsel, Korea National Oil Corporation (KNOC). Rig-to-CCS adalah inisiatif pengembangan teknologi untuk memanfaatkan anjungan lepas pantai (offshore platform) migas yang sudah tidak dimanfaatkan lagi menjadi fasilitas carbon capture storage (CCS).

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menjelaskan, kerja sama pengembangan Rig-to-CCS merupakan komitmen Pertamina mengurangi emisi. Hal itu juga sejalan dengan upaya mendukung target pemerintah mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.

’’Saya sangat mengapresiasi kerja sama ini. Selain untuk memperkaya kajian CCS, kerja sama ini juga membantu menyelesaikan masalah Indonesia pada abandonment and site restoration (ASR) anjungan lepas pantai,’’ ujar Nicke pada penandatanganan Joint Study Agreement di Seoul, Korsel, Kamis 11 Januari 2024.

BACA JUGA:Sepanjang 2023, UMi Tersalur Rp82,287 Miliar, Naik 35,80 Persen

Menurut Nicke, ASR menjadi tantangan tersendiri dengan banyaknya jumlah anjungan migas lepas pantai yang kini tidak lagi digunakan setelah produksi migas berakhir, usai puluhan tahun digunakan.

’’Biaya ASR atau decommissioning secara konvensional sangat mahal sehingga dibutuhkan solusi alternatif ASR terutama pemanfaatan ulang agar pelaksanaan ASR anjungan lepas pantai tersebut dapat dilaksanakan secara bertahap dan efisien,’’ paparnya.

Senior Vice President Technology Innovation Pertamina Oki Muraza menambahkan, selain Rig-to-CCS, kerja sama dengan KNOC dapat juga berkembang kepada pengembangan teknologi di bisnis rendah karbon (low carbon business) lainnya.

’’Kerja sama bisa diperluas untuk pengembangan Rig-to-Wind Farm, Rig-to-Fish-Farm (budidaya perikanan lepas pantai), dan juga Rig-to-LNG-Terminal, untuk membawa gas bumi ke lokasi yang belum terjangkau fasilitas energi,’’ ujarnya.

BACA JUGA:Dana BOS 2024, Capai Rp1,17 Triliun

Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan, Indonesia memiliki potensi kapasitas penyimpanan CO2 cukup besar. Sehingga, bisa menempatkan RI berdiri di garis depan era industri hijau.

’’Indonesia merupakan pelopor di Asean dalam penerapan regulasi CCS dan berperingkat pertama di Asia menurut Global CCS Institute. Pengembangan CCS memerlukan investasi besar sehingga diperlukan kerja sama global,’’ jelasnya.(**)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan