Ada Beras di Balik Inflasi

Nelse Trivianita--Ist/rb

Berdasarkan teori permintaan dan penawaran, semakin tingginya permintaan atas suatu barang akan menimbulkan kelangkaan sehingga membuat harga barang tersebut menjadi lebih mahal. Bila kita lihat dari data BPS, total konsumsi beras Provinsi Bengkulu pada tahun 2023 yaitu sebesar 203,69 ribu ton beras, sedangkan produksi beras Provinsi Bengkulu pada tahun 2023 yaitu sebesar 159,72 ribu ton beras. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa produksi beras Bengkulu masih kurang sebesar 43,97 ribu ton beras untuk memenuhi konsumsi beras di Provinsi Bengkulu. Hal ini bisa menjadi penyebab naiknya harga beras. 

BACA JUGA:Kuota Elpiji 3 Kg 2024 Dikurangi, Totalnya 54.631 MT

Walaupun berbagai kebijakan sudah dilakukan, namun tekanan sisi penawaran akibat kegiatan pertanian yang relatif bergantung pada cuaca masih belum mampu menahan risiko kenaikan inflasi pada komoditas beras. Menurut Kementerian Pertanian kekeringan panjang akibat El Nino berpengaruh terhadap penurunan produksi beras. Selain itu, di Provinsi Bengkulu sendiri terjadi penurunan jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) Tanaman Pangan sebesar 22,49 persen berdasarkan hasil Sensus Pertanian (ST) tahun 2023 dibandingkan dengan tahun 2013. Hal ini juga bisa menjadi penyebab turunnya produksi beras, karena petaninya sendiri berkurang.

BACA JUGA:Mantan Kadis Pertanian Kaur Dipanggil Jaksa

Panjangnya rantai perdagangan juga menjadi salah satu penyebab tingginya harga hasil pertanian, terutama beras. Untuk menjual hasil pertanian, petani harus melalui beberapa tengkulak dan pedagang sebelum sampai ke tangan konsumen. Inilah yang membuat barang kebutuhan pokok (hasil pertanian) mahal di pasaran. Akan tetapi, keuntungan ini tidak bisa dirasakan petani. Keadaan ini pula yang mungkin menjadi salah satu penyebab semakin turunnya minat masyarakat terhadap sektor pertanian, sehingga menurunnya jumlah petani.

Memang bila kita kaji lebih jauh, sepertinya setiap persoalan saling berkaitan. Untuk itu, pemerintah perlu melihat hingga ke akar permasalahan agar dapat mengambil kebijakan dengan tepat. Seperti dalam kasus ini, perlu adanya evaluasi di sektor pertanian baik itu terkait petaninya ataupun sarana prasarana yang ada agar produksi beras dapat ditingkatkan. Seiring meningkatkan produksi, perlu adanya kontrol terhadap hasil pertanian ini, apakah sudah terdistribusi dengan baik sehingga bisa mencukupi kebutuhan konsumsi Bengkulu atau justru diperdagangkan ke daerah lain. Selain itu, perlu dilakukan pula evaluasi dalam tata kelola perdagangan beras mulai dari petani hingga ke konsumen sehingga harganya bisa lebih terkendali dan berujung pada pengendalian inflasi di Bengkulu. (**) 

Penulis adalah Statistisi Ahli Pertama BPS Provinsi Bengkulu

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan