Menurut Coach Justin, dengan defense Korea sangat tinggi, sayangnya tak dimanfaatkan Timnas dengan melakukan umpan crossing memanfaatkan ruang yang kosong.
"Dalam kondisi tersebut harusnya Nathan dan Ivar, yang sering maju ke depan mesti lebih memanfaatkan gap yang terjadi antar kiper dan defense Korea," tambah Justin.
Timnas juga tak mampu memanfaatkan kelebihan pemain, usai Korea mendapat 1 kartu merah di menit 70 red.
Di sisa waktu ini, Timnas malah tak bisa memanfaatkan keunggulan skor dan pemain.
Pada sisa 20 menit terakhir waktu normal babak kedua, Timnas terlihat bingung melawan 10 orang, mau main seperti apa.
BACA JUGA:Mitos atau Fakta, Suku Wajak Tertua di Indonesia?
Dalam kondisi ini, menurutnya ada 2 opsi yang bisa dijalankan timnas. Yakni, fokus bertahan atau ambil resiko tetap ngepres sambil terus memaksa Korea melempar umpan-umpan panjang.
"Indonesia putuskan bertahan, tak masalah juga. Artinya, juga kondisi ini ditetapkan mesti maksimal memanfaatkan counter attack saat lawan melakukan kesalahan. Yang sayangnya tak bisa dimanfaatkan juga," papar Coach Justin.
Minim pengalaman, jadi titik lemah berikutnya Timnas berikutnya. Kondisi tersebut terlihat jelas usai Timnas kebobolan di menit ke 84 babak kedua.
Dengan keunggulan, Timnas justru melakukan kesalahan yang semestinya tak dilakukan oleh sebuah tim yang sudah berpengalaman.
BACA JUGA:Standar kecantikan bagi Setiap Negara, Indonesia Telinga Panjang
"Kebobolan di menit 84, gol terjadi murni karena minimnya pengalaman Timnas. Dengan keunggulan gol, dan sisa waktu yang hanya beberapa menit lagi akan berakhir, Timnas dapat korner justru yang jaga cuma dua orang di belakang. Minimal 3 orang la, atau 4 pemain. Kenapa tak lakukan itu untuk hindari counter attack.
Hasilnya kebobolan lewat counter attcak Korea, karena kalah speed.
Kenapa timnas berani sekali ambil resiko, saat mendapatkan korner di menit akhir.
Korner itu sangat bahaya. Tak hanya korner bola mati juga. Timnas tak bisa mengakhiri kemenangan di waktu normal, padahal setidaknya ada 3 peluang emas yang bisa berakhir dengan gol.
"Ya thats oke, level kita memang segini bukan level dunia," beber Justin.