BACA JUGA:Kolaborasi Bollywood dan Melayu, Ini Sejarah Musik Dangdut
Sebenarnya, istilah "koplo" dalam frasa "dangdut koplo" tidak berasal dari bahasa Jawa yang berarti dungu atau bodoh.
Istilah "koplo" sebenarnya merujuk pada irama musik dangdut yang lebih cepat dan enerjik, dengan pengaturan gendang yang berbeda, seperti irama dangdut yang digunakan dalam pertunjukan wayang kulit.
Penggunaan istilah "zaman edan" untuk menggambarkan era musik dangdut tertentu mungkin merujuk pada suasana atau tren musik yang sangat populer pada masa tersebut, yang bisa menjadi tren budaya yang kuat pada saat itu.
Namun, istilah tersebut tidak merujuk pada efek mabuk atau dampak negatif pada pendengar.
BACA JUGA:3 Keuntungan Tanam Kopi Organik, Apa Sajakah?
Para musisi dangdut koplo pada masa itu memang terlibat dalam menghasilkan musik yang menjadi tempat pelarian atau penghibur bagi pendengarnya.
Musik dangdut, termasuk dangdut koplo, sering kali dianggap sebagai bentuk hiburan yang dapat meredakan stres dan memberikan hiburan kepada masyarakat, terutama di tengah perubahan sosial-politik yang terjadi pasca Orde Baru.
Musik ini menjadi media untuk menyampaikan emosi, pengalaman, dan realitas kehidupan sehari-hari yang dirasakan oleh banyak orang, dan menjadi semacam "terapi" sosial dalam menghadapi tantangan dan perubahan zaman.
Bahkan ada kutipan dari seorang jurnalis dan akademisi Universitas Pittsburgh, Pennsylvania yakni William Weintraub dalam karya ilmiahnya yang berjudul The Sound and Spectacle of Dangdut Koplo: Genre And Counter-Genre in East Java, Indonesia, yang mendukung pernyataan bahwa dangdut koplo itu bukanlah genre yang berbeda dengan dangdut original. Berikut adalah kutipannya:
BACA JUGA:Trik Ampuh Mengusir Ular dari Rumah, Salah Satunya Gunakan Urine Binatang
“However, koplo was not a separate genre from dangdut but rather a musical treatment or style of dangdut (that blended other genres of music including rock, pop, and local Javanese songs). . . dangdut koplo is characterized by its distinctive drum pattern, fast tempo, genre-bending arrangements, and eroticized spectacle of performance (Weintraub, 2013: 161)”.
Dalam Bahasa Indonesia, kutipan tersebut berarti:
“Bagaimanapun koplo bukanlah genre yang terpisah dari dangdut (telah menyatu dengan genre-genre lain seperti rock, pop, dan lagu-lagu lokal Jawa)… dangdut koplo ter-karakterisasi melalui pola tabuhan khusus, tempo cepat, pencampuran aransemen-aransemen genre, dan pertunjukan yang cenderung terlihat erotis).”