Penggunaan marigold dalam budaya manusia dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno.
Bangsa Romawi dan Yunani kuno menghargai tanaman ini karena keindahan bunganya dan sifat-sifatnya yang bermanfaat secara medis.
BACA JUGA:Bank Bengkulu Resmi Naikkan Suku Bunga KUR Bertahap, Tak Berlaku untuk Debitur Baru
BACA JUGA:Keputusan Rapat Dewan Gubernur, BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen
Di wilayah Mediterania, marigold telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional.
Daun, bunga, dan akar tanaman ini diketahui memiliki sifat antiseptik dan antiinflamasi, sehingga digunakan untuk mengobati berbagai keluhan kesehatan, seperti luka, infeksi, dan gangguan pencernaan.
Seiring dengan perjalanan perdagangan dan kolonisasi, bunga marigold menyebar ke berbagai belahan dunia.
Para penjelajah dan pedagang membawa bibit tanaman ini ke Amerika Utara, Amerika Selatan, dan wilayah-wilayah lainnya, di mana marigold menjadi populer sebagai tanaman hias dan obat-obatan.
BACA JUGA:KUR Pegadaian Rp 10 Juta - Rp 50 Juta Angsuran Hanya Rp 200 Ribuan, Syarat Mudah Bunga Rendah
BACA JUGA:Bunga Es Pada Kulkas Bisa Sebabkan Kerusakan, Berikut 5 Cara Penanganannya
Di banyak budaya, marigold memiliki makna simbolis yang kuat.
Misalnya, di Meksiko, marigold (dikenal sebagai "cempasuchil" dalam bahasa Nahuatl) digunakan dalam perayaan Hari Raya Kematian (Día de los Muertos) sebagai simbol penghormatan dan pengingat akan orang-orang yang telah meninggal.
Meskipun telah berabad-abad berlalu, marigold tetap menjadi tanaman yang populer dan berharga dalam banyak aspek kehidupan manusia.
Baik sebagai tanaman hias, tanaman obat-obatan, maupun sebagai bagian dari tradisi dan upacara budaya, marigold terus memainkan peran penting di seluruh dunia.
Bunga merigold memiliki banyak penggunaan dalam pengobatan tradisional.
Ekstraknya digunakan dalam salep dan krim untuk mengobati luka ringan, ruam, dan iritasi kulit.