KORANRB.ID - Ninja, atau shinobi dalam bahasa Jepang, adalah prajurit bayangan yang terkenal dalam sejarah Jepang.
Mereka beroperasi sebagai mata-mata, agen infiltrasi, dan pembunuh bayaran.
Sejarah ninja berakar pada periode Heian (794-1185) dan mencapai puncaknya selama periode Sengoku (1467-1603), masa perang saudara yang berlarut-larut di Jepang.
Pada awalnya, ninja adalah petani dan penduduk desa yang terpaksa melindungi diri mereka dari para samurai yang menindas.
Mereka mengembangkan keterampilan bertahan hidup, taktik gerilya, dan ilmu penyamaran.
Dengan berjalannya waktu, kelompok-kelompok ninja mulai terbentuk, terutama di provinsi Iga dan Koga, yang menjadi pusat utama pelatihan dan operasi ninja.
BACA JUGA:Samurai: Perjalanan Legendaris Pejuang Jepang
Para ninja dilatih dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk seni bela diri (taijutsu), penggunaan senjata (seperti shuriken dan kusarigama), serta teknik penyusupan dan penyamaran.
Mereka juga menguasai penggunaan bahan peledak dan racun.
Latihan ini dilakukan sejak usia dini, memastikan mereka memiliki ketangkasan fisik dan mental yang diperlukan untuk tugas-tugas berbahaya.
Ninja sering kali disewa oleh daimyo (penguasa feodal) untuk berbagai misi, termasuk pengintaian, sabotase, dan pembunuhan target penting.
Berbeda dengan samurai yang mengikuti kode kehormatan yang ketat (Bushido), ninja lebih fleksibel dan pragmatis dalam pendekatan mereka, menggunakan segala cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan mereka.
BACA JUGA:Mengintip Sejarah Awal Olahraga Arung Jeram dan Perkembangannya Hingga Saat Ini
Mereka ahli dalam bergerak tanpa terdeteksi, memasuki tempat yang dijaga ketat, dan mengumpulkan informasi penting.
Beberapa ninja yang menjadi legenda termasuk Hattori Hanzo dan Mochizuki Chiyome. Hattori Hanzo adalah seorang ninja dari klan Iga yang menjadi penasihat penting bagi Tokugawa Ieyasu, shogun pertama dari Keshogunan Tokugawa.
Mochizuki Chiyome dikenal karena merekrut dan melatih jaringan mata-mata wanita yang dikenal sebagai kunoichi, yang memainkan peran penting dalam operasi penyamaran dan pengumpulan intelijen.
Masa kejayaan ninja terjadi selama periode Sengoku, di mana banyak daimyo memanfaatkan jasa mereka untuk keunggulan militer.
Namun, setelah penyatuan Jepang oleh Tokugawa Ieyasu dan dimulainya periode Edo (1603-1868), peran ninja mulai berkurang.
BACA JUGA:Jadi Alat Utama Untuk Mengawetkan Makanan dan Minuman, Ini Sejarah dan Perkembangan Kulkas
Stabilitas politik yang tercapai membuat keterampilan mereka kurang dibutuhkan. Meskipun demikian, beberapa klan ninja tetap aktif sebagai mata-mata atau penjaga keamanan di istana
Setelah masa kejayaan ninja berakhir, cerita dan legenda tentang mereka tetap hidup dalam budaya populer Jepang dan dunia.
Ninja sering digambarkan dalam berbagai bentuk media, termasuk film, televisi, manga, dan video game.
Mereka diromantisasi sebagai pejuang bayangan dengan kemampuan luar biasa, meskipun penggambaran ini sering kali jauh dari kenyataan historis.
Pengetahuan tentang ninja semakin berkembang dengan penelitian modern.
BACA JUGA:Toyota Land Cruiser: Legenda yang Dihormati
Sejarawan dan arkeolog telah mengungkap lebih banyak tentang kehidupan nyata ninja melalui analisis dokumen sejarah, situs pelatihan ninja, dan artefak yang terkait dengan mereka.
Buku seperti "Bansenshukai" dan "Shoninki," yang ditulis oleh ninja, memberikan wawasan mendalam tentang teknik dan filosofi mereka.
Ninja memainkan peran penting dalam sejarah militer Jepang, dengan keahlian unik mereka dalam pengintaian, penyusupan, dan sabotase.
Meskipun mereka telah lama menghilang sebagai profesi, warisan dan mitos mereka tetap hidup, menawarkan pandangan menarik tentang strategi perang non-konvensional.
BACA JUGA:UPDATE: Harga Emas Batangan Antam Terbaru di Pegadaian, Jumat 24 Mei 2024
Sejarah ninja adalah perpaduan antara fakta dan fiksi, mencerminkan adaptasi manusia terhadap tantangan lingkungan dan sosial mereka melalui keterampilan yang inovatif dan berani.
Hingga kini, ninja tetap menjadi simbol misteri dan ketangkasan yang menginspirasi banyak orang di seluruh dunia. (*)