KORANRB.ID - Sedikitnya ada 17 orang petani yang mengeluhkan lahannya mengering dan akan dilakukan alihfungsi lahan, hal ini terjadi lantaran jaringan irigasi sekunder pada areal sawah di Kelurahan Sembayat Kecamatan Seluma Timur, patah dan tertimbun tanah longsor sejak Agustus 2022 lalu dan belum ada perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Seluma.
Akibatnya, sekitar 16 hektare dari total 21 hektare sawah tidak dapat teralirkan air dan saat ini mengering, hanya tersisa 5 hektare yang masih berfungsi sehingga para petani sulit untuk menamam dilahannya.
BACA JUGA:618 Hektare Sawah Kekeringan, Produksi Padi Diprediksi Turun Drastis
Hal ini diungkapkan salah seorang anggota Kontak Tani-Nelayan Andalan (KTNA) Seluma, Timur Pirasuki. Dikatakannya bahwa akibat adanya kejadian tersebut, membuat dua kelompok tani terdampak dan merugi. Maka dari itu rencananya para petani akan alihfungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit.
“Jika pemerintah tidak ada tindakan, maka kita akan jadikan kebun kelapa sawit. Karena para petani sudah mengeluh,” keluh Timur.
BACA JUGA:Bendungan Jebol, 60 Ha Sawah Jadi Lahan “Tidur”
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pertanian Seluma, Arian Sosial mengatakan bahwa untuk mengaktifkan kembali sawah tersebut, harus ada dua kegiatan yang dilakukan pada tahun 2024. Yakni memperbaiki jaringan irigasi sekunder yang rusak dan tertimbun material longsor, dan menormalisasi kembali areal sawah yang tertimbun longsor.
“Kami sudah turun ke lapangan, tidak janya perbaikan jaringan irigasi namun juha normalisasi lahan sawah yang tertimbun,” ungkap Arian.
BACA JUGA:Sawah Kering, Produksi Padi Menurun Drastis
Sementara itu, Kabid Pengairan Dinas PUPR Seluma, Yeni Juniarti mengatakan bahwa untuk menanganinya, pada tahun depan sudah diusulkan anggaran Rp 350 juta di APBD 2024. Yakni rehab irigasi dan normalisasi areal sawah yang terdampak.
“Saat ini sudah diusulkan dan akan segera dibahas oleh TAPD dan Banggar, anggaran yang diusulkan yakni Rp 350 juta untuk dua kegiatan,” singkat Yeni. (zzz)