Pada tahun 1913, Angkatan Laut Amerika Serikat memperkenalkan baju kaos putih sebagai bagian dari seragam resmi mereka.
Baju ini dikenakan sebagai pakaian dalam di bawah seragam yang lebih berat.
BACA JUGA:Geger! Wanita Muda Sedang Mengandung Gantung Diri di Kepahiang
Selama Perang Dunia II, baik Angkatan Darat maupun Angkatan Laut Amerika Serikat secara luas mengadopsi penggunaan baju kaos karena sifatnya yang ringan, mudah dicuci, dan nyaman.
Para tentara dan pelaut yang kembali dari perang membawa pulang kebiasaan mengenakan baju kaos, yang kemudian menjadi lebih umum di kalangan masyarakat sipil.
Pada tahun 1950-an, baju kaos mulai mendapatkan tempat sebagai pakaian luar yang sah di Amerika Serikat.
Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh bintang-bintang film Hollywood seperti Marlon Brando dalam film "A Streetcar Named Desire" (1951) dan James Dean dalam "Rebel Without a Cause" (1955).
BACA JUGA:Jangan Sembarangan, Walau Bermanfaat Tetap Ada Risiko Bahaya Praktik Kretek Pada Tubuh Manusia
BACA JUGA:Endemik! Berikut 6 Hewan di Pulau Jawa yang Terancam Punah
Gaya mereka yang memakai baju kaos sebagai pakaian luar yang sederhana namun menarik membuatnya semakin populer di kalangan anak muda.
Sejak era 1960-an dan 1970-an, baju kaos telah berevolusi menjadi kanvas untuk ekspresi diri.
Gerakan budaya dan politik, seperti gerakan hak-hak sipil, gerakan anti-perang, dan gerakan feminisme, sering menggunakan baju kaos dengan slogan dan desain yang mencerminkan pesan mereka.
Selain itu, industri musik juga memainkan peran besar dalam popularitas baju kaos.
Band-band rock dan artis musik lainnya mulai menjual merchandise berupa baju kaos dengan logo dan gambar mereka, yang menjadi simbol identitas bagi para penggemar.