Jika dibandingkan dari tahun lalu, angka kasus Demam berdarah dengue hingga September 2023 hanya terdapat 256 kasus DBD.
BACA JUGA:Besok Pendaftaran Dibuka, Tes PPPK di Bengkulu Utara Hanya 7 Kuota Prioritas
“Salah satu penyebabnya yang kita identifikasi adalah terkait dnegan cuaca yang saat ini memasuki musim hujan,” jelasnya.
Musim hujan tersebut menyebabkan munculnya genangan-genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti atau nyamuk demam berdarah.
Nyamuk ini berkembang biak dengan cepat hingga bisa menyebabkan munculnya penyakit demam berdarah dilingkungan setempat.
“Memanmg trend kenaikan kasus DBD tersebut selalu terjadi setiap memasuki musim hujan, ditambah lagi rendahnya kesadaran masyarakat terkait kebersihan lingkungan,” ungkapnya.
Pemkab Bengkulu Utara sebelumnya sempat menggiatkan kegiatan gotong royong massal di seluruh kawasan pemukiman dan desa masing-masing awal tahun 2024 lalu.
Namun belakangan ini saat memasuki musim hujan kegiatan gotong royong massal tersebut mulai mengendur dan anmgka kasus DBD kembali meningkat di Bengkulu Utara.
BACA JUGA: Harga TBS Sawit Terus Melambung, Hasil Panen Sawit Juga Meningkat
BACA JUGA: 90 Desa Diperingatkan Pelunasan Utang Pajak Masuk Persyaratan Pencairan Dana Desa
“Maka saat ini kita melaporkan dengan pimpinan dan akan berkoordinasi dengan kecamatan untuk kembali menggiatkan kegiatan gotong royong massal, karena pengentasan penyakit DBD ini tidak bisa hanya dilakukan dengan pengasapan atau fogging,” papar Pratiwi.
Sebagian besar kasus warga yang terjangkit demam berdarah saat ini dapat tertangani dengan baik di rumah sakit dan puskesmas yang ada di Bengkulu Utara.
Namun memang tingkat keparahan warga yang terjangkit DBD bervariasi termasuk bisa menyabbakan kematian, terutama mereka yang memiliki penyakit bawaan.
“Bagi masyarakat yang memiliki penyakit bawaan memang bisa berdampak lebih parah lagi ketika terjangkit DBD,” pungkas Pratiwi.