KORANRB.ID - 8 November diperingati sebagai hari Radiologi internasional, berikut fakta menarik dan sejarah dari salah satu ilmu kedokteran ini.
Kali ini KORANRB.ID telah merangkum seputar Radiologi yang merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang menggunakan teknologi pencitraan medis untuk mendiagnosis dan merawat penyakit di dalam tubuh.
Tepat pada 8 November 1895, seorang fisikawan asal Jerman Wilhelm Conrad Roentgen menemukan sinar-X secara tidak sengaja saat bereksperimen dengan sinar katoda.
Alhasil Penemuan tersebut mengejutkan dunia medis karena memungkinkan para dokter untuk melihat bagian dalam tubuh manusia tanpa harus melakukan operasi.
BACA JUGA:Debat Perdana Pilkada Bengkulu Selatan, Lokasinya di Sini dan Disiarkan Live
BACA JUGA:Hari Pertama SKD CPNS: 15 Peserta Gugur, 363 Tunggu Perangkingan
Sebagai pengakuan atas prestasi ini, Roentgen dianugerahi Hadiah Nobel Fisika pertama pada tahun 1901, dan sinar-X kemudian menjadi dasar bagi pengembangan bidang radiologi.
Pada awal penggunaannya, radiologi diterapkan dalam mendiagnosis patah tulang dan mencari benda asing dalam tubuh, terutama dalam kasus darurat seperti trauma akibat kecelakaan atau operasi.
Dalam perkembangannya, teknologi radiologi semakin canggih, dengan berbagai teknik seperti CT Scan, MRI, dan ultrasonografi yang memperluas cakupan diagnostik. CT Scan, misalnya, menggabungkan sinar-X dengan teknologi komputer untuk menghasilkan gambar tiga dimensi, sangat berguna dalam mendeteksi tumor, gangguan organ dalam, dan cedera kompleks.
MRI, menggunakan medan magnet, memungkinkan dokter melihat jaringan lunak tanpa risiko radiasi.
BACA JUGA:Peringati HKN ke-60, Dinkes Provinsi Bengkulu Gelar Fun Run Marathon
BACA JUGA:150 Personel Polres Kaur Siap Amankan TPS Saat Pemungutan Suara Pilkada Serentak
Saat ini, radiologi digunakan tidak hanya untuk diagnosa tetapi juga dalam terapi, seperti terapi radiasi yang penting dalam perawatan kanker.
Radiologi modern terus berkembang dengan teknologi yang lebih aman dan akurat, seperti teknik radiologi intervensional, yang memungkinkan prosedur minimal invasif dengan panduan pencitraan real-time, sehingga mempercepat pemulihan pasien dan mengurangi risiko komplikasi.
BACA JUGA:Tim GTRA Diminta Optimalkan TORA, Antisipasi Konflik Tanah