GAZA CITY, KORANRB.ID – Setelah jeda kemanusiaan tak lagi diperpanjang, Israel kembali membombardir Gaza. Kementerian Kesehatan di Gaza mencatat, lebih dari 180 warga tewas dan 600 orang terluka pada hari pertama serangan Israel setelah berakhirnya masa jeda kemanusiaan.
Direktur Eksekutif Unicef Catherine Russell menyebut, Gaza menjadi tempat paling berbahaya di dunia bagi anak-anak. Russell mengatakan bahwa ratusan anak akan meninggal setiap hari jika kekerasan kembali terjadi pada skala dan intensitas yang terlihat saat ini. Terlebih, gencatan senjata tujuh hari antara Israel dan Hamas berakhir pada Jumat (1/12).
BACA JUGA:Estimasi 24 Ribu Kasus, 9.522 Warga Bengkulu Positif TBC, Keberhasilan Pengobatan 82 Persen
’’Padahal tidak harus seperti ini. Selama tujuh hari, ada secercah harapan bagi anak-anak di tengah mimpi buruk yang mengerikan ini,’’ katanya seperti dikutip dari laman Al Jazeera kemarin (2/12).
Dia melanjutkan, lebih dari 30 anak yang disandera di Gaza telah dibebaskan dengan selamat dan berkumpul kembali dengan keluarga mereka. Adanya jeda kemanusiaan memungkinkan peningkatan pengiriman pasukan penyelamat ke dan di seluruh Gaza. ’’Anak-anak membutuhkan gencatan senjata kemanusiaan yang permanen,’’ imbuh Russell.
Serangan Israel ke Gaza juga membuat bertambahnya jumlah jurnalis yang tewas. Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) mencatat, sejak 7 Oktober, ada 61 jurnalis yang gugur dalam bertugas.
BACA JUGA:Dempo Xler: Kampanye Gelap Menyusup di Media Sosial, Ancam Keamanan Informasi
Per 1 Desember, penyelidikan awal CPJ menunjukkan setidaknya 61 jurnalis dan pekerja media termasuk di antara lebih dari 16.000 orang yang terbunuh sejak perang dimulai pada 7 Oktober –dengan sekitar 14.800 warga Palestina tewas di Gaza dan Tepi Barat serta 1.200 tewas di Israel.
Terpisah, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat Martin Griffiths menyebut ”harapan pupus’’ setelah serangan menghantam Khan Younis di Jalur Gaza pada Jumat usai jeda kemanusiaan selama seminggu yang berakhir di daerah tersebut.
’’Pekan lalu memberi kita gambaran sekilas tentang apa yang bisa terjadi jika senjata tidak digunakan lagi. Situasi di Khan Younis hari ini adalah pengingat yang mengejutkan tentang apa yang akan terjadi jika senjata tidak dibungkam,’’ jelas Griffiths dilansir Anadolu Agency kemarin.
Griffiths mengatakan, banyak kemajuan saat fase jeda kemanusiaan sepekan. Dia merujuk pada pembebasan para sandera, keluarga-keluarga dipersatukan kembali, dan lebih banyak pasien menerima perawatan medis serta meningkatnya jumlah bantuan ke seluruh wilayah Gaza.
BACA JUGA:Seluruh Kepala OPD Diminta Aktif Turun ke Masyarakat
Kondisi itu berbalik ketika serangan Israel kembali pecah pada Jumat. Dia menyebut, hanya dalam hitungan jam puluhan orang dilaporkan tewas dan terluka.
Sementara itu, untuk membantu pejuang Hamas, gerakan perlawanan Hizbullah di Lebanon kembali melanjutkan operasinya ke Israel. Hizbullah mengaku menyerang sekelompok tentara Israel di lokasi-lokasi militer Israel. Di antaranya, Jal al-Alam, Al-Marj, dan Ramya serta barak Ramim.
Sebelumnya, serangan Israel menewaskan tiga orang di Lebanon Selatan setelah berakhirnya gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Berakhirnya gencatan senjata mendorong dimulainya kembali permusuhan antara Israel-Hizbullah Lebanon. (dee/c6/tia)