ARGA MAKMUR – Saat ini kondisi pangan nasional masih mengkhawatirkan terutama cabangan bahan pangan pokok termasuk beras.
Hal ini akan berdampak pada meningkatnya angka inflasi daerah yang berdampak pada meningkatnya inflasi nasional.
Sekda BU Fitriansyah. S.STP, M.Si optimis jika persoalan kerawanan pangan ini bisa teratasi di BU dengan berbagai program pemerintah.
Ditambah lagi saat ini sawah-sawah petani sudah mulai kembali digarap dengan berubahnya musim kemarau ke musim hujan.
“Maka kita optimis jika permasalahan kerawanan pangan di BU bisa kita cegah dengan berbagai program yang sudah dijalankan,” terangnya.
Selain itu, sejak awal tahun lalu Pemkab BU juga sudah membagikan bahan tanaman pekarangan yang merupakan bahan makanan kebutuhan sehari-hari masyarakat.
Sehingga saat ini bibit tanaman tersebut sudah mulai produktif dan bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat dan menekan angka pengeluaran masyarakat.
“Program tanaman pekarangan ini akan terus kita lakukan karena terbukti berhasil menekan angka pengeluaran masyarakat,” ujarnya.
Ditambahkannya, Pemkab BU juga turin memantau perkembangan ketersediaan dan harga pangan lokal di masing-masing kecamatan.
Hal ini untuk mempersiapkan langkah-langkah taktis pemerintah jika memang terjadi kelangkaan pangan atau kenaikan harga.
“Kita siapkan semua langkah-langkah dalam memberikan jaminan pada masyarakat terkait ketersediaan pangan termasuk dengan harga yang stabil dan terjangkau,” pungkas Sekda.
Sementara itu, seperti yang diberitakan sebelumnya Gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Taba Tembilang Arga Makmur, Bengkulu Utara sudah menyiapkan stok berasa sejumlah 1.000 ton.
Sebagai langkah antisipasi lonjakan angka inflasi tahun ini yang bisa membuat melemahnya daya beli masyarakat yang berujung bertambahnya warga miskin.
Apalagi pemerintah pusat jauh-jauh hari mengingatkan bahwa fenomena El Nino sepanjang tahun 2023, dampaknya masih dirasakan tahun ini terutama pada cadangan pangan nasional.
Dimana pada tahun 2023, produksi pangan terutama beras menurun drastis lantaran banyaknya sawah yang gagal panen, dan petani yang memang memilih tak turun tanam padi karena keterbatasan air.