JAKARTA, KORANRRB.ID – Pelemahan rupiah beberapa waktu terakhir mengundang kekhawatiran kalangan pelaku usaha.
Mengingat, masih cukup banyak pelaku usaha dalam negeri yang mengandalkan bahan baku impor.
Penguatan USD menjadi kerugian tersendiri lantaran bisa dipastikan harga bahan baku yang diimpor naik.
Salah satu sektor usaha yang mengkhawatirkan dampak pelemahan rupiah adalah industri makanan dan minuman.
BACA JUGA:Ciptakan Lingkungan Bermain Aman untuk Anak di Desa-desa
Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman, pelemahan rupiah bisa berdampak pada biaya produksi.
”Di satu sisi, kami masih menahan harga di level konsumen untuk tidak naik.
Perusahaan tentunya terpaksa menelan dampak terhadap margin profit yang stagnan, cenderung melemah,” ujar Adhi sebagaimana dilansir Jawa Pos.
Hal tersebut, lanjut dia, tidak hanya mengancam industri skala besar, tetapi juga kecil.
BACA JUGA:Ramadan, Momentum Mendidik Anak Dekat dengan Ibadah
”Bagi industri kecil yang rentan, tentunya mereka akan mengalami kesulitan. Mereka akan rugi,” kata Adhi.
Para pelaku usaha pun disebut tengah mencari alternatif bahan baku lain yang lebih murah dan melakukan efisiensi dalam proses produksi.
Sebagaimana diketahui, sebagian besar bahan baku industri makanan dan minuman di Indonesia masih impor.
Misalnya, tepung terigu 100 persen, susu dan turunannya 80 persen, gula industri untuk menengah ke atas 100 persen, kedelai 70 persen, serta bahan pangan tambahan 60 persen.
BACA JUGA:Pilgub, Petahana Lebih Diuntungkan, Muncul Para Penantang Potensial