Kisah Tukang Pemecah Batu yang Tangannya Dicium Rasulullah dalam Kitab Fathul Bari
PEMECAH: Sepulang dari perang Khandaq, saat situasi kaum muslimin kembali normal, Rasulullah berjumpa dengan salah seorang sahabat bernama Sa'id al Khudri di salah satu sudut kota Madinah. FOTO: Ilustrasi Bangkitmedia.com/RB--
“Wahai Rasulullah, andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (Fi sabilillah), maka alangkah baiknya.”
Mendengar itu Rasul pun menjawab :
"Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka itu fi sabilillah;
BACA JUGA:Waspadai! Begini 6 Ciri-Ciri Orang yang Berpura-pura Baik Kepada Kamu
BACA JUGA:Bisa Menjadi Ide Bisnis Rumahan!, Berikut 4 Resep Ide Jualan Olahan Pisang
kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, maka itu fi sabilillah;
kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu fi sabilillah.” (H.R Thabrani).
Sepulang dari perang Khandaq, saat situasi kaum muslimin kembali normal.
Rasulullah berjumpa dengan salah seorang sahabat bernama Sa'id al Khudri di salah satu sudut kota Madinah.
Penampilannya lusuh, tubuhnya hitam dengan sisa bau keringat menyengat.
Disebabkan ia bekerja kasar sebagai seorang tukang pemecah batu di bawah terik matahari.
Saat dijumpai Rasulullah, ia sedang bekerja memecahkan batu-batu besar dengan palu.
Pekerjaan itu sudah lama ditekuninya demi memberikan nafkah "halal" buat anak istrinya.
Sa'id al Khudri tampak tersipu malu-malu menjulurkan tangannya saat Rasulullah mengajaknya bersalaman.
Ia menyadari tangannya kasar dengan kepalan yang sangat menonjol dan mengeras.