Kisah Tukang Pemecah Batu yang Tangannya Dicium Rasulullah dalam Kitab Fathul Bari
PEMECAH: Sepulang dari perang Khandaq, saat situasi kaum muslimin kembali normal, Rasulullah berjumpa dengan salah seorang sahabat bernama Sa'id al Khudri di salah satu sudut kota Madinah. FOTO: Ilustrasi Bangkitmedia.com/RB--
"Ada apa dengan tanganmu, wahai Sa'id?" tanya Rasulullah sembari memegangi tangan sahabat itu.
"Tanganku ini melepuh, duhai Rasulullah" jawab Sa'id agak malu.
"Tanganku melepuh karena begitu banyak pekerjaan yg harus aku selesaikan," demikian jawaban Sa'id.
Rasulullah terenyuh melihat perjuangannya mencari rezeki yang halal, tanpa mengemis dan meminta-minta.
Mendengar jawaban itu Rasulullah segera menggenggam tangan sahabatnya.
Sesaat kemudian, Rasulullah "mencium" telapak tangan yang melepuh tersebut seraya bersabda :
“Hadzihi yadun la tamatsaha narrun abada”.
“Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya").
Terang saja, Sa'id merasa tidak pantas, tangannya yg kasar, kotor, berdebu, berpeluh keringat itu dicium oleh seorang Nabi dan Rasul yg mulia.
Sa'id berusaha menariknya.
Namun, Rasulullah menariknya, "Biarkan wahai Sa'ad, biarkan tangan ini nanti yang akan membawamu ke surga".
Sa'id menangis tersedu. Ia terenyuh.
Dia tidak membayangkan tangannya yang hina, ternyata memiliki kemuliaan di sisi Allah dan Rasul-Nya yang dinilai dengan nilai ganjaran surga.
Apa pesan dari kisah ini?
Maknanya, Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa tangan pekerja yg kasar, dekil dan kotor sekalipun memiliki kemuliaan di sisi Allah dan Rasul-Nya.