Penggunaan Kata 'Dugaan' yang Tepat Dalam Produk Jurnalistik, Berikut Penjelasannya
KATA DUGAAN: 'Dugaan' versi jurnalis merujuk pada hipotesis atau spekulasi yang disusun oleh seorang jurnalis berdasarkan informasi yang tersedia. FOTO: Kementerian Kominfo/RB.--
Tetapi jurnalis juga perlu menyatakan bahwa produk berita yang dihasilkan merupakan dugaan dan bukan fakta yang terbukti.
Kesalahan yang sering terjadi saat menggunakan kalimat 'Dugaan' dalam produk berita dapat terjadi ketika informasi yang disajikan tidak didukung oleh bukti yang memadai.
BACA JUGA:Dampak Negatif Kecanduan Bermain Handphone
BACA JUGA:Banyak Khasiat Mangga untuk Kecantikan Kulit
Atau ketika dugaan tersebut disajikan sebagai fakta tanpa klarifikasi bahwa itu masih dalam tahap spekulasi.
Ada beberapa kesalahan yang umum dan sering terjadi dalam penggunaan kalimat 'Dugaan' pada produk jurnalis.
Mulai dari produk yang akan disajikan tidak melalui filterisasi atau pemeriksaan kembali sebelum di publis.
Sehingga langkah mengambil kesimpulan sebelum memiliki cukup bukti atau informasi yang jelas akan menghasilkan kesalahan dalam penyajian informasi.
Selanjutnya, mengemukakan spekulasi tanpa mengklarifikasi bahwa itu masih spekulasi, bisa merugikan reputasi seseorang jurnalis atau memicu kebingungan di antara pembaca.
Atau seorang penulis mengabaikan fakta yang ada untuk mendukung dugaan atau asumsi yang dimiliki.
Sehingga dapat menyebabkan ketidakakuratan dalam berita.
Kemudian seorang jurnalis menyajikan dugaan sebagai fakta tanpa mengakui bahwa itu masih dalam tahap penyelidikan atau spekulasi.
Sehingga ingga dapat menyesatkan pembaca dan merusak integritas jurnalisme.
Oleh karena itu, penting bagi jurnalis untuk memastikan bahwa penggunaan kalimat dugaan disertai dengan klarifikasi yang jelas.
Bahwa informasi tersebut masih dalam tahap dugaan dan dapat berubah seiring dengan perkembangan penyelidikan atau investigasi lebih lebih lanjut.