BSI Salurkan Pembiayaan Sindikasi
Zaidan Novari--
HARIANRAKYATBENGKULU.BACAKORAN.CO – Kebutuhan pangan menjadi isu krusial di tengah El Nino. Menjaga ketersediaan pupuk bagi petani merupakan salah satu upaya memperkuat ketahanan pangan nasional. Pembiayaan sindikasi perbankan dikucurkan untuk merevitalisasi industri pupuk.
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menyalurkan pembiayaan sindikasi Rp 900 miliar kepada PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang. Dana tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan pabrik Pusri-IIIB. Yang terdiri atas pabrik amonia, pabrik urea, serta sarana dan prasarana penunjang pengoperasian pabrik.
BACA JUGA:APS Melanggar Masih Dibiarkan
Direktur Wholesale Transaction Banking BSI, Zaidan Novari mengatakan, pembangunan pabrik baru Pusri Palembang dapat meningkatkan produksi pupuk nonsubsidi. Industri pupuk merupakan salah satu sektor strategis yang dapat memacu perekonomian nasional. Sebab, industri pupuk berperan penting dalam mendorong peningkatan produksi sektor pertanian yang selanjutnya mendukung program ketahanan pangan.
’’Dengan penyaluran pembiayaan sindikasi ini, BSI berharap dapat berperan aktif dalam peningkatan produksi pangan, hortikultura, dan perkebunan,” kata Zaidan.
BACA JUGA:Realisasi Investasi Kuartal III Rp 1.053 T
Pabrik Pusri-IIIB merupakan proyek revitalisasi untuk menggantikan pabrik lama yang sudah kurang efisien dalam penggunaan energinya. Selain itu, kapasitas produksi pabrik baru akan meningkat. Kapasitas produksi pabrik Pusri III-B direncanakan sebanyak 1.350 ton amonia per hari atau 445.500 ton per tahun. Sementara itu, pupuk urea mencapai 2.750 ton per hari atau 907.500 ton per tahun.
Sepanjang semester I 2023, BSI mencatat penyaluran pembiayaan segmen wholesale tumbuh 12,28 persen secara tahunan senilai Rp 63,59 triliun. Dari angka tersebut, pembiayaan ke korporasi terkerek 12,89 persen year-on-year (YoY) sebesar Rp 51,86 triliun. Total, pembiayaan BSI per Juni 2023 mencapai Rp 221,91 triliun.
BACA JUGA:Minta Persoalan Abrasi Segera Ditindaklanjuti
’’Tumbuh 16 persen YoY dengan komposisi pembiayaan terbesar, yakni segmen konsumer, mencapai Rp 113,46 triliun,” ujarnya.(han/c7/dio)