Ekspor Industri Baja Nasional Tempati Peringkat ke-4 Dunia, Berikan Andil Besar Bagi Stabilitas Perekonomian

BAJA: Mendag Zulkifli Hasan menghadiri pameran rantai pasok konstruksi baja di Jakarta.-foto: biro humas kemendag/koranrb.id-

Nilai impor besi baja pada 2023 sebesar  USD  11,38  miliar  sehingga  neraca  perdagangan  besi  dan    baja  Indonesia  pada  2023 mencatatkan surplus USD 15,32 miliar.

Menurutnya, konsumsi  baja  nasional diperkirakan  mencapai  18,3  juta  ton  atau  tumbuh  sebesar  5,2 persen pada 2024.

Pertumbuhan ini ditopang berbagai kondisi yang menjadi pendorong permintaan baja.

“Indonesia juga gencar mengembangkan infrastruktur dan mendorong industri manufaktur, seperti  pembangunan  IKN,  pembangunan  infrastruktur,  dan  pengembangan  industri  otomotif. Sedikitnya,  terdapat  41  proyek  prioritas  strategis  nasional  yang  ditargetkan  selesai tahun 2024,” jelas Zulkifli Hasan.

Diterangkannya, Kemendag  melalui  berbagai  strategi  dan  kebijakan  berkomitmen  untuk  terus mendukung peningkatan ekspor nasional.

Upaya ini di antaranya melalui pembukaan akses pasar luar  negeri  sebagai  ‘toll  way’,   yaitu   perjanjian   perdagangan   Free   Trade   Agreement   (FTA), Preferential Trade Agreement (PTA), dan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Kanada dan Uni Eropa, serta memperluas pasar nontradisional.

BACA JUGA:Kenali 10 Senjata Tradisional Indonesia, Salah Satunya Terbuat dari Tulang Burung Kasuari

“Di sisi lain, Kemendag terus berupaya melindungi dan mendorong industri baja dalam negeri. Beberapa  di  antaranya  dengan  melakukan  pembatasan  impor  untuk  produk  besi  baja  tertentu, mendorong kegiatan ekspor yang bernilai tambah melalui hilirisasi produk besi baja, dan melakukan pengawasan impor besi baja sebagai upaya untuk memastikan barang yang beredar sudah sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan,” papar Zulkifli.

Zulkifli Hasan juga menjelaskan industri besi baja Indonesia masih dihadapkan restriksi perdagangan  dari  negara  lain.  Beberapa  di  antaranya  seperti  pengenaan trade  remedies dan kebijakan  Carbon  Border  Adjustment  Mechanism  (CBAM). 

Namun,  Indonesia  memiliki  peluang besar  untuk  mengatasi  berbagai  hambatan  perdagangan  tersebut.

Salah  satunya,  diwujudkan dengan  kegiatan  pelepasan  ekspor  produk  baja berteknologi tinggi  sebanyak  160  ton  senilai  USD 195 ribu ke negara tujuan Australia, Kanada, dan Puerto Rico pada Jumat, 21 Juni 2024.

“Kolaborasi adalah kunci. Saya harap kita dapat terus bekerja sama dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Di tengah melambatnya ekonomi dunia, kalau kita terampil, ada peluang. Di tengah polarisasi, produk Indonesia masih diterima di pasar global,” urainya.(rls)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan