9 Alasan Psikologis Mengapa Orang Tua Bisa Menyebabkan Anak Menjadi Kriminal
--screenshot ig @raisingvolvess
KORANRB.ID - Dalam ilmu psikologi, peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter dan perilaku anak.
Pola asuh, nilai-nilai yang ditanamkan, serta lingkungan keluarga dapat memberikan dampak besar terhadap perkembangan psikologis seorang anak.
Dalam beberapa kasus, pola asuh yang tidak tepat dapat berkontribusi pada terbentuknya perilaku kriminal pada anak.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa orang tua dapat menyebabkan anak mereka menjadi kriminal menurut perspektif psikologi:
BACA JUGA:Ini Tanggapan BPIP Terkait Paskibraka di IKN Harus Copot Jilbab
1. Pola Asuh yang Keras dan Abusif
Orang tua yang menerapkan pola asuh keras, abusif, atau penuh kekerasan fisik maupun verbal, dapat mengakibatkan anak tumbuh dengan perasaan marah, tidak aman, dan dendam.
Kekerasan yang diterima anak dari orang tua dapat memicu anak untuk meniru perilaku tersebut.
Dalam psikologi, konsep ini dikenal dengan istilah 'social learning theory', yang menyatakan bahwa anak cenderung meniru perilaku yang dilihat dari orang tuanya.
Ketika seorang anak tumbuh dalam lingkungan yang penuh kekerasan, ia mungkin melihat kekerasan sebagai cara yang sah untuk menyelesaikan masalah, yang pada gilirannya dapat mendorongnya ke dalam tindakan kriminal.
2. Kurangnya Kasih Sayang dan Perhatian
Anak-anak yang tumbuh tanpa perhatian atau kasih sayang yang memadai dari orang tua cenderung mengalami kesulitan dalam mengembangkan hubungan yang sehat dengan orang lain.
BACA JUGA:Pendaftaran CPNS 2024 Sudah Dibuka, Siapkan 9 Hal Penting Berikut Saat Mendaftar
Kurangnya kasih sayang bisa menyebabkan anak merasa tidak berharga atau diabaikan, yang kemudian bisa memicu perilaku pemberontakan sebagai upaya untuk mendapatkan perhatian.
Ketika seorang anak merasa diabaikan, mereka mungkin mencari pengakuan dan afeksi dari sumber lain, termasuk dari kelompok kriminal atau teman sebaya yang memiliki pengaruh negatif.
3. Disfungsi Keluarga
Keluarga yang tidak stabil atau disfungsi keluarga, seperti perceraian, perselisihan yang berkepanjangan, atau ketidakhadiran salah satu orang tua, dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan mental anak.