Angka Perceraian di Indonesia Tembus 463.654 Perkara, Tertinggi di Papua Terendah di NTT
--babelpos.id
Seiring berjalannya waktu, beberapa pasangan merasa kehilangan keterikatan emosional. Rutinitas sehari-hari, stres pekerjaan, atau masalah pribadi dapat membuat pasangan merasa terasing.
Ketika rasa cinta dan kedekatan berkurang, salah satu atau kedua pasangan mungkin merasa tidak puas dan mulai mencari kebahagiaan di luar pernikahan.
Setiap individu membawa latar belakang, nilai, dan tujuan hidup yang berbeda. Ketika pasangan tidak sepakat tentang hal-hal mendasar seperti anak, karier, atau cara mengelola keuangan, perbedaan ini bisa menimbulkan ketegangan yang signifikan. Ketidakcocokan nilai dapat mengarah pada perasaan frustrasi dan keinginan untuk berpisah.
Perselingkuhan adalah salah satu penyebab paling umum dari perceraian. Ketidaksetiaan dapat menghancurkan kepercayaan dalam hubungan dan menyebabkan rasa sakit yang mendalam.
BACA JUGA:Ketum PWI Pusat Hendry CH Bangun Pimpin Rapat Pengurus Harian, Lanjutkan Program UKW
BACA JUGA:Beasiswa PIP Tahap 3 2024 Cair Sampai Rp1,8 Juta, Begini Cara Pengecekannya
Ketika salah satu pasangan merasa dikhianati, sering kali sulit untuk membangun kembali fondasi hubungan, bahkan jika ada usaha untuk memaafkan.
Keuangan sering menjadi sumber stres dalam pernikahan. Ketika pasangan tidak sepakat tentang pengeluaran, investasi, atau pengelolaan utang, ini bisa menyebabkan pertengkaran.
Masalah finansial yang berkepanjangan dapat menguras emosi dan mengubah dinamika hubungan, membuat perceraian menjadi pilihan yang lebih menarik.
Dalam kehidupa yang sibuk, pasangan sering kali melupakan pentingnya menghabiskan waktu bersama. Ketika aktivitas sehari-hari mengganggu interaksi yang berkualitas, pasangan bisa merasa terabaikan.
Ketiadaan waktu berkualitas dapat mengakibatkan perasaan kesepian dan ketidakpuasan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan perceraian.
Tekanan dari lingkungan, seperti keluarga, teman, atau budaya, dapat memengaruhi hubungan. Harapan yang tidak realistis dari orang lain atau norma sosial yang kaku bisa membuat pasangan merasa tertekan.
BACA JUGA:Berbahaya, Ini 8 Dampak Buruk Jika Membawa Mobil Angkutan ODOL
BACA JUGA:Mahasiswa Baru angkatan UMB Ikut Kuliah Umum AIK Bersama Ketum PP Muhammadiyah
Ketika pasangan tidak mampu mengatasi tekanan ini bersama-sama, konflik dapat muncul dan berujung pada perceraian.