Digunakan Saat Momen Pernikahan, Ini Mitos dan Perkembangan Janur Kuning di Indonesia
Janur kuning merupakan bagian budaya Indonesia yang sudah melekat sejak lama, khususnya di acara pernikahan atau hajatan. --Zulkarnain Wijaya
BACA JUGA:Bermanfaat Untuk Ibu Hamil, Inilah Sederet Fakta Oyong
BACA JUGA:Punya Suara Khas! Berikut 5 Fakta Unik Burung Piping Plover
1. Variasi Bentuk dan Warna
Dalam perkembangannya, janur tidak hanya didominasi warna kuning. Beberapa perancang dekorasi pernikahan menambahkan unsur warna lain, seperti putih atau hijau, agar lebih menarik.
Bentuknya pun dibuat lebih artistik, dengan lipatan dan potongan yang unik. Bahkan, janur kuning sering kali dikombinasikan dengan bunga-bunga segar atau pita untuk memberikan kesan mewah.
2. Janur Sintetis atau Palsu
Di beberapa daerah, penggunaan janur asli mulai digantikan dengan janur sintetis yang terbuat dari plastik atau kain. Janur sintetis ini dianggap lebih praktis, tahan lama, dan dapat digunakan berulang kali. Meski demikian, beberapa kalangan merasa bahwa janur sintetis mengurangi nilai tradisional dan filosofi yang ada pada janur asli
3. Sebagai Bagian dari Paket Dekorasi Pernikahan
Dengan semakin banyaknya jasa dekorasi pernikahan yang berkembang, janur kuning kini sering dijadikan bagian dari paket dekorasi. Beberapa dekorator menyertakan janur kuning dalam paket tradisional mereka untuk memperkuat unsur budaya. Janur biasanya ditempatkan di pintu masuk atau bagian depan pelaminan sebagai pelengkap dekorasi.
BACA JUGA:5 Shio yang Bikin Beruntung Minggu Ini, Apakah Kamu Termasuk Diantaranya
BACA JUGA:Ini Alasan Mengapa Gen Z Lebih Suka Nongkrong di Coffee Shop
Perdebatan tentang Penggunaan Janur Kuning
Seiring perkembangan zaman, muncul beberapa perdebatan tentang penggunaan janur kuning. Beberapa orang berpendapat bahwa tradisi ini tidak lagi relevan di era modern, terutama di kota-kota besar yang memiliki pola pikir lebih praktis.
Namun, sebagian masyarakat adat tetap mempertahankan janur kuning sebagai simbol penting dalam acara pernikahan atau hajatan mereka. Mereka percaya bahwa meski zaman berubah, nilai-nilai budaya dan tradisi perlu dilestarikan sebagai warisan leluhur.
Di sisi lain, ada pula yang menyayangkan penggantian janur asli dengan janur sintetis, karena dianggap menghilangkan nuansa sakral. Janur asli, yang berasal dari alam, dipercaya memiliki energi positif yang tidak bisa digantikan dengan bahan buatan.