Kerap Ditemukan di Dunia Kerja, Ini Fenomena Silent Quitting Pada Karyawan dan Solusi Bagi Perusahaan

Dunia kerja menghadapi fenomena baru yang dikenal sebagai silent quitting atau quit quitting. Berbeda dengan pegawai yang benar-benar berhenti bekerja,--Pixabay

 

Tidak jelasnya tujuan dan misi perusahaan, dalam beberapa kasus, karyawan menjadi silent quitter karena tidak memahami dengan jelas tujuan atau visi perusahaan. Ketika tujuan organisasi tidak sinkron dengan nilai-nilai pribadi mereka, karyawan bisa merasa tidak terlibat.

 

Ketidakseimbangan kehidupan dan pekerjaan, beberapa karyawan merasa pekerjaan mereka mengganggu kehidupan pribadi atau waktu luang mereka. Dalam kasus ini, mereka memilih untuk mengurangi intensitas kerja demi menjaga keseimbangan hidup.

 

Dampak Silent Quitting Bagi Perusahaan

 

Menurunnya produktivitas, karena karyawan hanya bekerja sebatas minimum, hasil pekerjaan yang mereka berikan pun cenderung standar. Ini bisa menurunkan produktivitas tim secara keseluruhan, terutama jika silent quitting menjadi fenomena yang meluas di perusahaan.

 

Kultur kerja yang terganggu, Silent quitting dapat merusak kultur kerja yang seharusnya mendukung kolaborasi dan inovasi. Ketika beberapa anggota tim tidak terlibat secara penuh, atmosfer kerja bisa terasa kurang harmonis.

 

Biaya yang tidak terlihat, meski silent quitter tidak berhenti, keberadaan mereka dalam perusahaan bisa menciptakan kerugian yang tidak tampak, seperti hilangnya peluang bisnis karena kurangnya inisiatif dari karyawan yang bersangkutan.

 

Dampak pada motivasi karyawan lain, jika silent quitting menjadi kebiasaan di lingkungan kerja, hal ini dapat mempengaruhi motivasi karyawan lain. Rekan kerja yang melihat karyawan tidak sepenuhnya terlibat bisa ikut kehilangan semangat atau merasa tidak terdorong untuk berkontribusi lebih.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan