Pernah Dengar Mitos Larangan Makan di Kasur? Ternyata Begini Penjelalsannya

Mitos larangan makan di kasur merupakan salah satu kepercayaan yang banyak ditemukan di berbagai budaya, termasuk di Indonesia. --pixabay

BACA JUGA:RAPBD Capai Rp1 Triliun, Ini Prioritas Peruntukan di Bengkulu Selatan

BACA JUGA:Maling Besi Perusahaan Sawit, 3 Warga Sukaraja Diamankan Polisi, 2 DPO

Mitos ini juga bisa dilihat sebagai simbol ajaran etika dan disiplin hidup.  Tempat tidur merepresentasikan kebersihan, kenyamanan, dan fungsi tertentu, yaitu untuk istirahat. 

Dengan demikian, membawa makanan ke kasur mencerminkan pelanggaran norma atau ketidakteraturan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Larangan ini juga dapat dipandang sebagai upaya menanamkan rasa tanggung jawab. Anak-anak diajarkan untuk menjaga kebersihan lingkungan mereka sejak dini, termasuk tempat tidur. 

Dalam pengajaran ini, aspek mistis digunakan sebagai cara untuk menanamkan rasa takut atau segan, sehingga mereka lebih patuh.

Di luar aspek mitos dan kepercayaan, larangan makan di kasur sebenarnya memiliki dasar praktis yang logis. Berikut adalah beberapa alasan praktis mengapa makan di kasur tidak dianjurkan:

Sisa makanan yang tercecer di kasur dapat mengundang serangga seperti semut, kecoa, atau tikus. Kehadiran hewan-hewan ini tentu saja mengganggu kenyamanan dan bisa menjadi sumber penyakit.

BACA JUGA:DAK Fisik Bengkulu Selatan Mencapai Rp73 Miliar, Berikut Ini Peruntukannya

BACA JUGA: Dana Kelurahan Rp2,4 M Ngendap Lagi, Hanya 2 Lurah Berani Pencairan

Makan di posisi berbaring di atas kasur dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti refluks asam lambung. Selain itu, postur tubuh yang tidak ideal saat makan juga bisa memengaruhi proses pencernaan.

Makanan atau minuman yang tumpah di kasur bisa merusak bahan atau kain penutup kasur, menyebabkan noda yang sulit dibersihkan dan mempersingkat umur kasur tersebut.

Bau makanan yang menempel di kasur atau bantal dapat mengurangi kenyamanan tidur. 

Selain itu, remah-remah makanan yang tidak dibersihkan bisa membuat permukaan kasur terasa kasar atau tidak nyaman.

Di era modern, mitos ini lebih sering dipahami sebagai bentuk pengajaran tentang kebersihan dan perilaku yang baik. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan