Benarkah Olahraga Menurunkan Risiko Demensia?

Diah Ayu Aguspa Dita, S.Kep, Ns, M.Biomed--

Meskipun lansia lebih berisiko terhadap penyakit-penyakit tersebut, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada lansia yang lebih aktif memiliki risiko yang lebih rendah terhadap Demensia dibandingkan lansia yang sedenter atau tidak aktif. 

Selain itu, olahraga dan aktivitas fisik juga terbukti efektif dapat meningkatkan kesehatan mental dan fungsi kognitif pada lansia. Bukti lain menunjukkan bahwa orang dewasa yang aktif lebih rendah mengalami penurunan kognitif dibandingkan yang tidak aktif. Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) merekomendasikan setidaknya olahraga yang harus dilakukan oleh orang dewasa minimal 30 menit, 5 hari per minggu atau 25 menit olahraga dengan intensitas berat, 3 hari per minggu. 

BACA JUGA:PKL Sewa Lapak Rp 3 Juta

Akan tetapi, untuk orang yang sudah berusia lanjut, olahraga tersebut sulit dilakukan. Oleh karena itu, rekomendasi aktivitas fisik untuk orang berusia lanjut (lansia) yaitu aktivitas fisik sedang yang dilakukan setidaknya dua hari per minggu selama 10 menit. Sebagai contoh, aktivitas fisik yang bisa dilakukan untuk lansia adalah jalan-jalan pagi, bersepeda atau berlari. Semakin tinggi intensitas olahraga dan aktivitas fisik, semakin baik efek protektif yang dihasilkan bagi otak.

Olahraga dan aktivitas fisik dianggap memiliki efek neuroprotektif melalui beberapa mekanisme. Mekanisme pertama, olahraga dapat menahan hilangnya sel-sel saraf serta ikatan antar sel saraf secara bertahap akibat proses penuaan. Secara umum, penurunan fungsi kognitif dimulai sejak usia 50 tahun, yang selanjutnya mampu menurunkan fungsi daya ingat dan pola pikir seiring bertambahnya usia.

Beberapa bukti menunjukkan bahwa seseorang yang rajin berolahraga memiliki fungsi kognitif yang lebih baik dibandingkan yang memiliki gaya hidup yang sedenter. Meskipun, hal ini juga dapat berbeda pada setiap orang karena fungsi kognitif juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti tingkat pendidikan dan diet. 

BACA JUGA:Sepeda Listrik Tak Boleh di Jalan Raya

Mekanisme kedua, olahraga dapat meningkatkan kesehatan otak melalui peningkatan jumlah sel saraf dan plastisitas sinaps. Olahraga aerobik, mampu meningkatkan protein brain-derived neurotrophic factor (BDNF). Protein ini merupakan salah satu protein yang terlibat dalam peningkatan jumlah sel saraf, jumlah ikatan antar sel saraf, jumlah pembuluh darah, dan perbaikan daya ingat dan pola pikir. 

Mekanisme ketiga, olahraga dapat menurunkan stress oksidatif, kortisol, dan beberapa respon inflamasi lainnya, serta meningkatkan jalur sinyal respon insulin terhadap glukosa.  Mekanisme lainnya, secara tidak langsung, olahraga dapat menjaga Kesehatan otak melalui penurunan faktor risiko penyakit kardiovaskular seperti diabetes, hipertensi, hiperlipidemia, dan obesitas. Bukti menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki faktor risiko penyakit kardiovaskular akan cenderung mengalami Demensia. Selain itu, olahraga juga dapat menurunkan depresi, gangguan tidur, dan isolasi sosial pada lansia.

Dengan demikian, olahraga dan aktivitas fisik penting dalam mempertahankan kesehatan otak. Olahraga dan aktivitas fisik dianggap sebagai salah satu modalitas non farmakologis yang dapat mencegah dan memperlambat penurunan kognitif seiring bertambahnya usia serta menurunkan risiko Demensia. (**)

Penulis adalah Diah Ayu Aguspa Dita, S.Kep, Ns, M.Biomed Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan