Neraca Perdagangan Indonesia Kembali Surplus, Februari Tercatat Sebesar USD 3,12 Miliar

Menteri Perdagangan, Budi Santoso. -foto: kemendag.go.id/koranrb.id-

Ditinjau  dari  kawasannya, tambah Mendag,  kawasan  tujuan  ekspor  nonmigas  yang meningkat  signifikan  di  antaranya  Afrika  Tengah  dengan  kenaikan  84,50  persen,  diikuti  Australia 46,73  persen,  Asia  Selatan  35,93  persen,  Eropa  Selatan  24,59  persen,  danOseania  lainnya  19,91 persen. 

Jika dilihat secara kumulatif, total ekspor nonmigas Januari-Februari 2025 tercatat mencapai USD 43,41 miliar, meningkat 9,16 persen dibanding periode tahun sebelumnya (CtC). Peningkatan ekspor tersebut  ditopang  penguatan  ekspor  sektor  nonmigas  10,92  persen  menjadi  USD  41,21  miliar. Sementara itu, ekspor sektor migas turun 15,82 persen menjadi sebesar USD 2,20 miliar.

Sementara, pada  Februari  2025,  impor  Indonesia tercatat  sebesar  USD 18,86  miliar. Nilai  ini naik  5,18  persen dibandingkan  Januari  2025  (MoM)  dan  naik  2,30  persen  dibandingkan  Februari  2024  (YoY).  Bila dibandingkan dengan Januari 2025, kenaikan impor Februari 2025 terjadi baik pada sektor nonmigas sebesar  3,52  persen  maupun  pada  migas  sebesar  15,50  persen  (MoM). 

Secara  tahunan,  impor nonmigas naik sebesar 3,47 persen sementara impor migas turun 3,77 persen (YoY).

Mendag memaparkan, kinerja impor Februari 2025 masih didominasi bahan baku/penolong dengan pangsa 73,90 persen, diikuti barang modal 18,31 persen dan barang konsumsi 7,79 persen. Pada  Februari  2025,  impor  bahan  baku/penolong  dan  barang  modal  meningkat  masing-masing sebesar   7,44   persen   dan   4,13   persen   (MoM). 

BACA JUGA:Musrenbang Kabupaten Kaur, 5 Program Jadi Prioritas Pembangunan 2026

BACA JUGA:Revitalisasi Pelabuhan Pulau Baai, BI Bengkulu: Optimistis Mempercepat Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Kenaikan   impor   tersebut   sejalan   dengan perkembangan  industri  manufaktur  yang  sedang  ekspansif  yang  terlihat  dari  naiknya  Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia di Februari 2025 menjadi 53,6.

Di sisi lain, impor barang konsumsi justru tercatat turun 10,61 persen (MoM).Penurunan daya beli, yang diindikasikan oleh melemahnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 127,2 pada Januari 2025 menjadi 126,4 pada Februari 2025, merupakan salah satu faktor turunnya impor barang konsumsi.

Bahan baku/penolong yang impornya naik signifikan, antara lain, logam mulia, minyak mentah, batu bara,  bijih  besi,  dan  gandum. 

Sementara  itu,  impor  barang  modal  yang  naik  tinggi  adalah  ponsel pintar,instrumen navigasi, personal computer, dan kendaraan pengangkut barang. 

Di sisi lain, impor barang  konsumsi  yang  turun  adalah  daging  lembu  beku,  beras,  jeruk  mandarin,  apel,  dan  cabai kering.

BACA JUGA:RUPS Tahunan Tahun Buku 2024, Laba Bersih Bank Bengkulu Rp 100,34 M, Iswahyudi Plt Dirut Bank Bengkulu

BACA JUGA:Target Bantu Rakyat, Gubernur Helmi Rangkul Insan Media

Beberapa  produk  impor  nonmigas  dengan  kenaikan  tertinggi  pada  Februari  2025  ini,  antara  lain, logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) sebesar 110,26 persen; bijih logam, terak, dan abu (HS 26) 88,86 persen; bahan bakar mineral (HS 27) 78,65 persen; gula dan kembang gula (HS 17) 49,24 persen; sertaperangkat optik, fotografi, dan sinematografi (HS 90) 46,18 persen (MoM).

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan