Debat Capres Kali Ini Lebih Seru
ADU ARGUMEN : Debat Calon Presiden Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. --ist/rb
Karena itu, Prabowo merasa tidak khawatir dengan ancaman intervensi negara pemberi utang. Apalagi, lanjut dia, Indonesia tidak pernah gagal membayar utang. ”Tapi, kembali, kita harus punya kekuatan pertahanan yang kuat supaya tidak bisa diintervensi, tidak bisa digertak, tidak bisa diintimidasi. Hanya dengan kekuatan kita akan dihormati,” ujarnya.
Menanggapi jawaban Prabowo, Ganjar merujuk buku Confessions of an Economic Hit Man yang ditulis John Perkins bahwa utang memang bisa mematikan. Karena itu, dia mewanti-wanti agar berhati-hati jika ingin berutang. ”Terutama pada infrastruktur yang punya risiko tinggi, kita mesti hitung betul, prudent (hati-hati, Red) betul,” ungkapnya.
Namun, jika ingin menggunakan kekuatan dalam negeri, Ganjar menyebut perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen agar tidak berutang. ”Kalau kita bicara pada industri pertahanan, kita mesti kuatkan industri dalam negeri. Jadi mohon maaf kaitan dengan utang, no utang no usang,” paparnya.
Sementara itu, berbeda dengan Ganjar, Anies justru meminta Prabowo menyebutkan berapa persentase utang luar negeri yang ideal. Menurut Anies, utang luar negeri mestinya maksimal 30 persen dari PDB. ”Caranya apa? Satu menata utangnya, kedua memperbesar GDP-nya (gross domestic product, Red),” terang Anies.
Anies juga menyebut perlunya mengembangkan skema yang kreatif dalam mencari utang luar negeri. Termasuk melibatkan pihak swasta. Selain itu, Anies memandang utang-utang itu digunakan untuk aktivitas yang produktif, bukan untuk kegiatan nonproduktif. ”Misalnya, utang dipakai untuk membeli alutsista bekas oleh Kementerian Pertahanan,” cetusnya.
Merespons tanggapan dua capres pesaingnya, Prabowo banyak sependapat dengan Ganjar. Bahkan, Prabowo menyebut bahwa dirinya juga membaca buku yang sama dengan Ganjar. Namun, merespons tanggapan Anies, Prabowo meminta Anies untuk kembali belajar ekonomi terkait angka utang ideal 30 persen. ”Yang penting utang itu produktif,” tuturnya. (*)