BREAKING NEWS: Ratusan Warga Desa Talang Alai Tutup Portal Masuk Menuju Kuari, Ini Sebabnya
Ratusan warga Desa Talang Alai Kecamatan Air Periukan pada Selasa 6 Februari 2024 melakukan penutupan portal masuk menuju akses kuari yang berada di desanya. Foto : Kades Iriaman/RB--
SELUMA, KORANRB.ID - Ratusan warga Desa Talang Alai Kecamatan Air Periukan pada Selasa 6 Februari 2024 melakukan penutupan portal masuk menuju akses kuari yang berada di desanya.
Giat yang berlangsung sejak pukul 14.00 WIB ini dilakukan atas dasar ketidaksepakatan masyarakat atas berdirinya kuari yang baru saja dibuka sejak tahun 2023 lalu.
Awalnya ratusan masyarakat berbondong bondong mendatangi Balai Desa Talang Alai sebagai titik kumpul, lalu kegiatan dilanjutkan dengan penutupan akses masuk menuju kuari yang berjarak 1 kilometer dari balai desa.
BACA JUGA:2 Terdakwa Korupsi Proyek Revitalisasi Asrama Haji Bengkulu Dituntut Hukuman Berbeda
Hingga pukul 15.00 WIB, tampak masyarakat masih saling bergantian menumpukkan bebatuan dan cairan semen untuk mengeraskan portal.
Tujuannya agar mobil angkutan berskala besar yang digunakan untuk mengangkut bebatuan galian C tidak bisa melaluinya.
Menurut keterangan Kades, aksi warga ini dilakukan atas ketidaksetujuan mereka terhadap adanya kuari yang ada di desa mereka lantaran dapat merusak ekosistem dan kondisi alam di desa.
Dijelaskan Kades, pengelola kuari sudah mengurus surat izinnya sejak tahun 2018 silam dan baru rampung pada tahun 2023.
Namun masyarakat menolak dan tidak setuju meskipun sempat dilakukan musyawarah antara pengelola dan warga.
BACA JUGA:Sering Buang Air Besar Setiap Pagi Ternyata Bikin Sehat, Berikut Efek Positif Lainnya
"Hingga saat ini pengelola kuari baru melakukan eksplorasi, belum beroperasi secara total. Namun warga sudah sepakat untuk tidak melanjutkan adanya aktifitas kuari,"ujar Kades.
Dalam aksi kemungkinan berlangsung hingga Selasa sore ini, tampak dikawal oleh personel Polres Seluma disekitar lokasi.
Untuk diketahui, akses menuju kuari ini pada dua bulan yang lalu juga pernah ditutup oleh warga, namun dibangun non permanen, hanya ditutup menggunakan kayu/bambu sehingga dapat dengan mudah dihancurkan. (*)