Warga KOta Bengkulu jadi Korban Jaringan TKI Ilegal, Berhasil Dipulangkan, Ini Kronologisnya
TKI: Meily Christine sendiri, menjadi korban jaringan agen ilegal Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Dia dijanjikan akan dipekerjakan di Negara Malaysia. Namun, bukan pekerjaan yang dirinya dapatkan, melaikan penganiayan. DOK/RB--
“Tentunya saya sangat berterima kasih dengan seluruh pihak yang telah memulangkan saya,” singkatnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bengkulu, Sehat Situmorang mengatakan, Kamis 8 Februari 2024
Pihaknya bersama Dinas Ketenagakerjaan Kota Bengkulu menyambut kepulangan Meily Christine.
“Ini salah bentuk perhatian kita Pemkot menunjukkan aksi nyata,” ujar Sehat.
Diceritakan sehat, kepulangan Meily Christine juga disambut oleh pihak keluargannya, disertai dengan tangisan haru dari pihak keluarga.
BACA JUGA: Pemprov Usulkan KUR PMI di Bank Bengkulu
BACA JUGA:Penerima Kartu Kuning, Mayoritas Calon PMI
“Saya saja juga ikut bahagia. Sampai air mata saya juga ikut jatuh saat korban tiba di Bandara,” ucap Sehat
Atas kejadian ini, Sahat meminta dan berharap tak ada lagi warga Kota Bengkulu tergiur janji manis para agen tenaga kerja ke luar negeri secara ilegal.
“Mari sama-sama kita saling mengingatkan keluarga, sanak- saudara, sahabat dan orang lain yang ada di sekitar kita, untuk tidak percaya dengan agen Ilegal yang mengaku bisa mencarikan kerja di Luar Negeri,” tutupnya.
Meily Christine, a resident of Bengkulu City, was finally successfully returned to Indonesia.
He was picked up directly by the Bengkulu City Social Service and Employment Service, when he arrived at Fatmawati Soekarno Bengkulu Airport, yesterday (8/2).
Meily Christine herself became a victim of a network of illegal Indonesian Migrant Worker (TKI) agents. He was promised that he would be employed in Malaysia. However, it wasn't a job that he got, but persecution.
Meily Christine tells of her bitter experience in Malaysia. There, he was held captive in a room in Malaysia. However, he did not know for sure where he was being held.
"I was held in a room that I didn't know was there (Malaysia, ed.)," said Meily.