Menghadapi Ancaman Serangan Fajar dalam Pemilihan Umum: Upaya Mencegah Politik Uang
Serangan fajar sangat populer terutama saat menjelang pemilu.--
Feedbacknya adalah masyarakat miskin mendapatkan kebutuhan hidup mereka terpenuhi, sementara bagi calon peserta pemilu, mereka memperoleh satu suara untuk mendukung mereka.
Faktor kedua adalah kurangnya pengetahuan tentang politik di kalangan masyarakat. Tidak semua orang memahami politik, termasuk bentuknya dan dampak yang dihasilkannya.
Hal ini dimanfaatkan oleh para calon peserta pemilu untuk menargetkan masyarakat yang kurang peduli atau tidak memiliki pengetahuan tentang politik, sehingga mereka dengan mudah menerima uang atau barang dari para peserta politik.
Faktor terakhir adalah budaya. Di Indonesia, tidak jarang ditemukan pandangan bahwa jika mendapat rezeki, sebaiknya tidak ditolak.
BACA JUGA:2 Cara Cek Link Berbahaya Agar Terlindungi dari Malware dan Phising
Masyarakat menganggap bahwa pilihan yang mereka ambil setelah menerima uang atau barang dari peserta pemilu saat pemungutan suara semata-mata sebagai ungkapan terima kasih kepada pemberi.
Apa Itu Serangan Fajar?
Istilah "serangan fajar" berasal dari dunia militer, menggambarkan serbuan mendadak pada pagi buta.
Dalam konteks politik, serangan fajar merujuk pada praktik politik uang yang dilakukan oleh para caleg atau calon pemimpin untuk mempengaruhi pemilih.
Praktik ini seringkali menargetkan pemilih yang tidak pasti pilihannya (swing-voter), dengan tujuan memenangkan suara dalam pemilihan.
BACA JUGA:Ini Perbedaan Siwaslu, Sirekap dan Silog Sebagai Aplikasi Pemilu Serentak 2024, Kamu Sudah Tahu?
Jenis-Jenis Serangan Fajar
Praktik politik uang ini umumnya dilakukan dalam bentuk:
1. Uang Tunai: Pemberian amplop berisi uang kepada pemilih. Besaran nominalnya bervariasi, tetapi biasanya berkisar antara Rp 25.000 hingga ratusan ribu rupiah. Uang tunai dipilih karena mudah dibagikan secara sembunyi-sembunyi.
2. Sembako: Pembagian bahan pokok seperti beras, minyak, gula, dan lain-lain kepada pemilih.