Mengungkap Tradisi Rampogan Macan, Pemicu Kepunahan Harimau Jawa
Foto: Twitter/RB (Ilustrasi Rampongan Macan)--
Sebuah kerangkeng besar berbentuk lingkaran didirikan dengan tinggi sekitar 5 meter dan diameter 3 hingga 5 meter.
Di dalamnya, sebuah kerbau yang sudah dihias ditempatkan, sedangkan harimau Jawa ditempatkan di kandang yang lebih kecil di sekitarnya.
BACA JUGA:Kisah Ular Falak, Keluar di Akhir Zaman Konon Bisa Menelan Bumi
Pertarungan terkadang terjadi secara alami, tetapi terkadang kerbau dan harimau enggan bertarung.
Orang-orang kemudian memprovokasi harimau dengan cara yang kejam, seperti menyiramnya dengan air panas atau menyundutnya dengan api.
Sementara itu, kerbau disalahgunakan dengan menyebar cabai dan daun jelatang di kulitnya, menyebabkan iritasi dan ketidaknyamanan yang ekstrem.
Babak kedua, Rampogan Macan, adalah pertarungan antara harimau dan ribuan orang.
Setiap orang memegang tombak, seringkali dengan racun di ujungnya.
BACA JUGA:Kisah Pertama Kali di Muka Bumi, Qabil dan Habil, Begini Hikmahnya
Kandang harimau ditempatkan di tengah-tengah lingkaran manusia yang bersenjatakan tombak.
Harimau dilepaskan, dan dengan berbagai cara, seperti menakuti atau menyodoknya dengan bambu, orang-orang mencoba memancing amarahnya.
Akibatnya, harimau melarikan diri dan menerjang manusia di sekitarnya, berujung pada kematian harimau yang mengerikan karena tertombak berkali-kali.
Meskipun Rampogan Macan akhirnya dilarang pada tahun 1905 oleh pemerintah Belanda karena dianggap sebagai penyebab kepunahan harimau Jawa, tradisi ini masih berlanjut hingga tahun 1912 di beberapa wilayah di Jawa.
Ini adalah bagian yang memilukan dari sejarah, yang menyaksikan keberadaan spesies langka menjadi korban dari hiburan yang kejam dan tanpa belas kasihan.
BACA JUGA:Selain untuk Kesuburan, Ini 7 Manfaat Toge untuk Kesehatan, Kamu Sudah Tahu?