Bupati Rejang Lebong Curigai Ada Indikasi Penimbunan Gas Melon

SIDAK: Bupati saat melakukan sidak pasar beberapa waktu lalu. -foto: dok/koranrb.id-

Padahal sebelumnya baik pemerintah daerah maupun pihak PT. Pertamina selalu mengklaim bahwa suplai gas melon untuk masyarakat saat ini tidak ada masalah.

Selain itu juga, meskipun ada beberapa warung yang menjual gas melon, harga yang ditetapkan kepada masyarakat pun diatas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah.

Bahkan ketika masyarakat membeli gas melon di agen pun harganya kerap berubah-ubah dan tidak sesuai dengan HET yang berlaku.

Bahkan menanggapi keluhan dari masyarakat, beberapa waktu lalu DPRD Kabupaten Rejang Lebong telah memanggil sejumlah pihak diantaranya Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop-UKM) Kabupaten Rejang Lebong, serta beberapa pelaku usaha pangkalan dan agen gas elpiji yang ada di Kabupaten Rejang Lebong.

Diungkapkan Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Rejang Lebong, Wahono. SP bahwa belakangan ini pihaknya terus mendapatkan laporan dan pengaduan dari masyarakat terkait kelangkaan gas melon.

Dan jika ada yang menjual gas, itupun dijual dengan harga di atas HET. 

Untuk itu dirinya meminta kepada Pemkab Rejang Lebong, dalam hal ini Disperindagkop-UKM Kabupaten Rejang Lebong untuk mencari tahu dimana penyebab dari kelangkaan gas melon ini.

BACA JUGA:Pelemahan Rupiah Bisa Sebabkan Hal Ini

Karena sebelumnya Disperindakop-UKM Kabupaten Rejang Lebong mengklaim bahwa pengiriman gas melon ke Kabupaten Rejang Lebong sudah sesuai dengan kuotanya, namun mengapa sampai saat ini masyarakat masih kesulitan untuk mendapatkannya.

“Di sini kita minta juga seperti apa langkah yang akan dilakukan Pemkab Rejang Lebong terkait kelangkaan gas melon ini. Kita minta kepada Pemkab Rejang Lebong untuk berkoordinasi dengan PT. Pertamina (Persero) agar bisa tetap mengirimkan gas melon meskipun hari libur,” tegas politisi Partai Golkar ini.

Di sisi lain, Wahono tidak menampik bahwa kelangkaan gas melon yang terjadi saat ini juga disebabkan oleh budaya masyarakat yang menyimpan tabung gas di rumahnya dengan alasan untuk stok bulan puasa dan lebaran.

Hal ini berdampak pada masyarakat lain yang kesulitan untuk mendapatkan gas melon untuk kebutuhan sehari-harinya.

Selain itu juga, ada beberapa oknum masyarakat yang biasanya hanya menggunakan 1 tabung gas melon untuk jangka waktu 1-2 minggu untuk kebutuhan rumah tangga, namun lantaran di bulan Ramadan berjualan takjil sehingga membutuhkan gas lebih dari 1 tabung, bahkan ada yang nekat menyimpan tabung gas dalam jumlah banyak, dengan alasan untuk keperluan berjualan.

“Ditambah lagi ada oknum pangkalan, pengecer serta masyarakat yang bukan pengecer, yang melakukan stocking tabung gas dalam jumlah banyak dengan maksud dijual lagi kepada masyarakat dengan harga diatas HET,” tegas Wahono.(**)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan