Gorong-Gorong Dipasang Atasi Air Petani
LIHAT: Petani memantau pintu air Dusun Besar yang berada pada DDTS. ABDI/RB--
KORANRB.ID – Persoalan air pada persawahan di area di kawasan Danau Dendam Tak Sudah (DDTS) telah diatasi.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Provinsi Bengkulu, Tejo Suroso menyebutkan setelah ada keluhan dari petani terkait pendangkalan pada saluran air irigasi untuk sawah di Kelurahan Dusun Besar, sudah dipasang gorong-gorong sehingga terkait permasalahan tersebut sudah teratasi.
“Kita sudah pasang gorong-gorong itu lancar mengalirnya, air tersebut akan menuju persawahan petani Dusun Besar,” sampai Tejo Rabu (20/12).
BACA JUGA:Tekankan Estetika Pemasangan APK
Tejo mengungkapkan terkait jalur air yang susah mengalir karena salah satu bagian lantai tidak rata itu sudah diperbaiki. Dapat dilihat bahwa saat ini air mengalir lancar karena elevated DDTS sudah dirancang menurut rancangan dengan komposisi yang benar
“Itu kemarin sudah diperbaiki dan tidak ada masalah air dapat mengalir untuk kebutuhan air petani nantinya,” ungkap Tejo.
Sebelumnya, Kelompok Tani (Poktan) Kelurahan Dusun Besar Kota Bengkulu menghadapi kendala serius dari dampak pembangunan Jembatan Elvated Danau Dendam Tak Sudah (DDTS).
BACA JUGA:154 Ton Benih Padi Disalurkan ke Petani
Hal ini disampaikan Ketua Poktan Dusun Besar, Hariadi. Ia mengungkapkan dampak pembangunan Jembatan Elvated DDTS yang baru selesai oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov), terjadi pendangkalan pada pintu air yang menjadi akses utama bagi sawah memperoleh air.
Menurut Hariadi, permukaan tanah di bawah Jembatan Elvated DDTS tidak rata, sehingga menyebabkan pintu air di jalan lama menjadi agak rendah, sehingga air tidak bisa mengalir dengan lancar.
BACA JUGA:Gunawan: Belum Sesuai Kuota, Hasil PPPK Nakes dan Teknis Pemprov Diumumkan Hari Ini
"Waktu pembuatan jalan baru (Jembatan Elvated DDTS, red), pintu air ditutup mati dan ditimbun dengan tanah. Namun, setelah jalan atau jembatan selesai, hanya kami kelompok petani yang merasakan dampaknya. Sebelumnya, jika bisa, kami meminta jalan di keruk dengan alat berat, tetapi sepertinya alasan dari pihak pemborong alat beratnya tidak bisa masuk ke lokasi tersebut," ungkap Hariadi.
Selain itu, Hariadi menyoroti terkait debit air. Perbedaan ketinggian permukaan antara yang lama dan yang baru menjadi penyebab utama kendala ini. Jika debit air mencukupi, air dapat mengalir hingga ke area persawahan petani. Tetapi jika debit air kurang, air tidak dapat mengalir ke irigasi.
BACA JUGA:PAD Retribusi Sampah Cuma Rp 1 Miliar, Perusahaan Banyak Menunggak