Kasus ini pun saat ini semakin meluas.
Tidak hanya dari modus kasus, tapi juga sasarannya.
Perempuan yang jadi target tak hanya mereka yang dewasa, tapi juga anak-anak.
”Target sasaran juga semakin meluas, tidak hanya kepada masyarakat kelompok berpendapatan rendah tetapi juga yang menengah ke atas juga,” sambung Woro Srihastuti.
Untuk modus TPPO ini pun disebutnya bermacam-macam.
Ada yang berkedok untuk dijadikan Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri, dijadikan Pegawai Seks Komersial (PSK), online scam, bahkan jual beli anak.
BACA JUGA: Jadwal Lengkap Pertandingan 8 Besar Piala Asia U23, Lawan Timnas Bikin STY Tak Happy
Saat ini, banyak kasus yang tengah ditangani oleh pihak kepolisian baik di tahap lidik maupun sidik.
Lebih lanjut, Woro mengungkapkan ada beberapa faktor penyebab terjadinya TPPO ini.
Isu kemiskinan menjadi salah satu faktor utama.
Masyarakat yang ingin mendapatkan kehidupan lebih baik dan keluar dari kondisi kemiskinan tersebut kerap terjebak dalam kasus TPPO ini.
Kemudian, masalah pengangguran, rendahnya pendidikan yang berimplikasi pada terbatasnya akses ke berbagai sumber daya, praktik diskriminasi gender seperti perkawinan anak hingga kawin kontrak, dan rendahnya pemahaman masyarakat mengenai TPPO tersebut.
”Kurang optimalnya peran dan fungsi keluarga juga jadi faktor penyebab, dalam arti bagaimana keluarga sebenarnya juga bisa mencegah ya kalau misalnya dirasa ada yang mencurigakan dari proses pemberangkatan anggota keluarganya,” paparnya. (**)