BENGKULU, KORANRB.ID - Selain kasus Demam Berdarah Dangue (DBD), kasus diare dan demam Tifoid atau tifus cukup mengkhawatirkan di Provinsi Bengkulu.
Bahkan, dari Januari hingga April ini, Dinas Kesehatan (Disnkes) Provinsi Bengkulu sudah menemukan 3.429 kasus diare.
Kasus diare ini jauh lebih banyak dibanding kasus DBD yang ada di angka 2.160 kasus.
Selain itu, untuk kasus tifus sudah ditemukan 729 kasus.
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu, Ruslian, SKM., M.Si., mengkonfirmasi di bulan Maret lalu memang ada terjadi pelonjakan pasien rumah sakit.
BACA JUGA:Berbeda dari Sebelumnya, Ini Mekanisme Pemeriksaan CJH 2024
Salah satunya disebabkan oleh dua penyakit ini. Sehingga memang ada keterbatasan bed atau kasur yang disediakan di setiap rumah sakit di Kota Bengkulu.
"Jadi, bulan lalu ada kabar penuhnya pasien rumah sakit, bukan karena kasus DBD saja. Namun, juga dua kasus ini," ucap Ruslian, Minggu, 28 April 2024.
Dijelaskannya, sebanyak 3.429 kasus diare yang ditemukan di Provinsi Bengkulu tersebut, wilayah penyebaran tertinggi terdapat di Kota Bengkulu, yakni 719 kasus.
Disusul Rejang Lebong 597 kasus dan Mukomuko 415 kasus.
BACA JUGA: Serunya Cosplay di BenMall, Puluhan Wibu Tirukan Berbagai Karakter Anime
"Untuk daerah tertinggi itu di 3 wilayah itu.
Pertama kota, disusuk oleh Rejang Lebong dan Mukomuko," ungkapnya.
Berikutnya, untuk kasus tifus, hingga bulan april ini terdapat 729 kasus.
Paling banyak terjadi du Bengkulu Utara 173 kasus, Rejang Lebong 158 kasus, dan Lebong 121 kasus.