Dari nilai tersebut, kontribusi IKM furnitur berjumlah sekitar 149,7 ribu usaha dengan penyerapan 370,7 ribu tenaga kerja.
“Kekuatan sektor industri pangan dan furnitur ini didukung oleh potensi bahan baku yang cukup tersedia, ketersediaan tenaga kerja yang memadai, inovasi dan teknologi yang beragam, sistem rantai pasok bahan baku yang membaik, serta dukungan kebijakan larangan ekspor dan impor,” ungkap Agus.
Hal ini diperkuat dengan hasil survei Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan April yang menunjukkan ekspansi pada 19 subsektor.
Ekspansi tertinggi dialami oleh industri makanan, dan diikuti oleh industri minuman.
BACA JUGA:Bawa Bengkulu Utara 7 Kali Berturut-turut WTP, Bupati Mian Dapatkan Nilai Terbaik dari BPK
Selain itu, industri kayu, barang kayu, dan gabus mengalami perubahan level menjadi ekspansi di periode ini.
Menurut Menperin, kinerja industri yang baik dapat menjadi modal yang bagus untuk mengawali tahun 2024.
Kinerja ini tentunya perlu tetap digenjot sehingga industri mampu mengangkat perekonomian nasional di tengah ketidakpastian ekonomi global.
“Peluang pasar dalam negeri terbuka sangat lebar, terutama untuk komoditas pangan dan furnitur dengan harga yang kompetitif, mengingat ketersediaan bahan baku dalam negeri yang cukup tersedia,” tegas Menperin.
Untuk itu, melalui kerja sama yang baik antara Kemenperin dengan Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO), diselenggarakan kegiatan Temu Bisnis antara IKM dengan ritel Hal ini agar semakin banyak produk IKM yang bisa masuk ke pasar ritel modern sekaligus mendorong peningkatan kemampuan pelaku serta pengembangan bisnis IKM.
Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) Kemenperin mulai menggelar Temu Bisnis tahap pertama yang melibatkan 65 IKM dan 23 peritel anggota HIPPINDO.
Diawali dengan Temu Bisnis Tahap I yang diselenggarakan pada Kamis, 2 Mei 2024, yang mempertemukan IKM komoditas pangan, furnitur, dan tableware dengan industri ritel.
Rencananya, Ditjen IKMA juga akan menggelar program kemitraan bagi IKM komoditas sandang, kosmetik, kerajinan, komponen otomotif, produk elektronika/kelistrikan, dan berbagai produk lain.
“Saya sangat mengapresiasi kolaborasi dan sinergi antara HIPPINDO dan Kementerian Perindustrian yang terus mendorong peran IKM agar dapat masuk menjadi pemasok bisnis ritel dengan dukungan dari sisi kepastian pasar yang berkelanjutan,” kata Agus.
Ia meyakini, komitmen kemitraan yang dilakukan oleh HIPPINDO ini adalah bentuk dukungan dunia usaha kepada pemerintah untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri melalui pengembangan kompetensi IKM agar dapat naik kelas.
Selain itu, langkah ini dapat menimbulkan efek pengganda terhadap pertumbuhan industri dalam negeri.