KORANRB.ID - Anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) mencatat surplus per akhir April 2024.
Besaran surplusnya Rp 75,7 triliun.
“APBN masih dalam kondisi surplus sebesar Rp 75,7 triliun. Ini 0,33 persen terhadap produk domestik bruto (PDB),” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Senin 27 Mei 2024.
Surplus itu diperoleh dari jumlah pendapatan negara yang lebih tinggi daripada belanja negara.
Pendapatan negara tercatat sebesar Rp 924,9 triliun, sementara belanja negara Rp 849,2 triliun.
BACA JUGA:UKT Batal, 75 Rektor PTN Disurati Dirjen Diktiristek, Minta Cabut Ini
Level keseimbangan primer juga masih terjaga.
Hingga akhir April, keseimbangan primer sebesar Rp 237,1 triliun.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (YoY), pendapatan negara tercatat turun 7,6 persen. Penurunan itu terjadi karena tahun lalu masih ada windfall dari harga komoditas.
"Penurunan harga komoditas sejak 2023 membawa tekanan pada penerimaan pajak 2024," jelas Ani, sapaan karib Sri Mulyani.
Dia memerinci, PPh nonmigas menurun karena turunnya PPh tahunan badan yang mencerminkan penurunan profitabilitas tahun 2023, terutama pada sektor-sektor komoditas.
Ani menyebutkan, penurunan harga komoditas sejak 2023 dan peningkatan restitusi masih menjadi tekanan utama.
Namun, pertumbuhan bruto sektor-sektor nonkomoditas yang positif menunjukkan underlying economic activity yang resilien.
BACA JUGA:Juni, Pemkot Salurkan Dana Hibah Pilwakot Tahap Pertama, Jumlahnya Rp14,8 Miliar
Dia memerinci, sektor pertambangan terkontraksi cukup dalam.