Setelah Perang Dunia II, hubungan antara Adi dan Rudolf memburuk, mengakibatkan perpecahan pada tahun 1948.
BACA JUGA:Bengkulu Masuk Daftar 10 Provinsi Termiskin di Indonesia, Segini Jumlah Masyarakat Miskinnya
Rudolf kemudian mendirikan perusahaan sepatu saingan yang dikenal sebagai Puma, sementara Adi membentuk Adidas, sebuah nama yang berasal dari kombinasi nama panggilan dan nama belakangnya, "Adi" dan "Dassler".
Pada tahun 1949, Adi Dassler mendaftarkan Adidas sebagai perusahaan dan memperkenalkan logo tiga garis yang kini menjadi ciri khas merek tersebut.
Tiga garis ini awalnya berfungsi untuk memberikan stabilitas pada sepatu, tetapi kemudian menjadi simbol identitas merek.
Pada tahun 1954, Adidas mencapai salah satu tonggak sejarah penting ketika tim sepak bola nasional Jerman Barat memenangkan Piala Dunia FIFA mengenakan sepatu Adidas dengan paku-paku (cleats) yang dapat diganti-ganti.
BACA JUGA:Jangan Sembarangan, Walau Bermanfaat Tetap Ada Risiko Bahaya Praktik Kretek Pada Tubuh Manusia
BACA JUGA:Endemik! Berikut 6 Hewan di Pulau Jawa yang Terancam Punah
Inovasi ini memberi pemain kemampuan untuk menyesuaikan sepatu mereka dengan kondisi lapangan, memberikan keunggulan kompetitif yang signifikan.
Pada tahun 1960-an dan 1970-an, Adidas terus memperluas jangkauan produknya, mencakup berbagai jenis olahraga termasuk lari, basket, dan tenis.
Produk-produk seperti sepatu lari Adidas Gazelle dan sepatu basket Superstar menjadi populer tidak hanya di kalangan atlet tetapi juga di kalangan masyarakat umum.
Pada tahun 1980-an dan 1990-an, Adidas menghadapi persaingan ketat dari merek-merek seperti Nike dan Reebok.
BACA JUGA:Penerapan Kurikulum Merdeka, Ini Kelebihan dan Kekurangan Dibanding Kurikulum K13
Namun, Adidas berhasil mempertahankan posisinya dengan terus berinovasi dan memperkenalkan produk-produk baru.